Thursday, December 30, 2010

Ikhlas; Salah Satu Kunci Menjalani Hidup

Hidup memang tak selalu diisi dengan keceriaan. Air mata akan selalu menjadi bagian dari umat ciptaan Ilahi. Pada saat kita diuji dengan tangisan, mungkin di seberang sana sahabat kita justru tengah riuh dengan gelak tawa. Namun, apa yang terjadi beberapa waktu kemudian?

Ya, kita pun mendapat giliran untuk turut menikmati tertawa itu. Menikmati betapa bahagianya menjalani hidup setelah begitu banyak airmata yang terkuras.

Sebaliknya sahabat kita yang tertawa di ujung sana, saat ini sedang berusaha bersabar, menghadapi ujian berupa musibah dari Sang Maha Empunya diri tersebut. Tak ada lagi tawa riang yang waktu itu selalu mengisi hari-harinya. Yang terlalu ditonjolkan adalah wajah yang muram durja.

Begitulah, alur hidup manusia. Semua secara bergiliran menghampiri diri kita. Kadang, kita diuji dengan kenikmatan, kadang diuji dengan musibah. Keduanya tak akan kekal menghampiri setiap anak adam. Apa makna tersirat dari peristiwa tersebut?hanya mereka yang memiliki keimanan yang tangguh yang dapat bersabar  meniti kehidupan di dunia ini. Mereka yang  yakin bahwa Sang Pencipta selalu ada dalam setiap langkah hidup-Nya.

Pasti telinga kita tak akan asing dengan kalimat , “roda ini berputar, kadang di atas, kadang di bawah
Dalam Alquran surat Albaqarah:155-156, dituliskan:
           
           “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.


Dalam pemikiranku, ikhlas merupakan salah satu kunci agar kita dapat menjalani hidup ini dengan sempurna, meski diterpa dengan musibah yang menguras tangis airmata. Tak ada kata yang lebih bijak daripada ikhlas. Ikhlas, ikhlas dan ikhlas. Mudah memang mengucapkannya, namun mengaplikasikannya dalam tiap diri tak semudah membalikkan telapak tangan. Tak segampang ketika kita menggerakkan bibir kita sehingga terdengar kata ;“harus ikhlas !”

Tapi, meski kita mati-matian tak ingin “ikhlas” dengan keadaan itu, toh keadaan yang telah menyapa kita itu tak akan bisa berubah. Masihkah kita tak ingin “ikhlas” dengan kondisi tak menyenangkan itu?

Jawabannya tentu ada pada setiap diri. Semua pilihan ada di tangan kita sendiri. Life must go on, friends:).Hidup harus terus berjalan, sobat!

Tulisan ini tiba-tiba saja bersarang di otakku, entah mungkin karena syaraf-syaraf otakku terinspirasi dari beberapa cerita yang mengharukan dari aktivitas blogwalkingku. Makanya, sebelum ide itu berhembus tanpa meninggalkan jejak sedikitpun, aku segera mempatenkannya melalui tulisan sederhana ini. Semoga banyak hikmah (khususnya untuk diriku sendiri) yang dapat  dipetik :)
READMORE - Ikhlas; Salah Satu Kunci Menjalani Hidup

Monday, December 27, 2010

Persahabatan; putus?

Kenapa Persahabatan bisa putus?
Karena kadang kita sama-sama berpikir :
“ah..Mungkin dia lagi sibuk…”
Akhirnya gak jadi sms
Terkadang, kita berpikir takut ngeganggu…
Lama-kelamaan..
Jadi cuek..
Akhirnya muncul pemikiran :
Ngapain sih gua yang hubungi dia duluan??
Kalau sudah begini, cinta kasih dalam persahabatan sudah berkurang?
Alhasil tidak ada lagi hubungan…
Semuanya jadi lupa,
Komunikasi sangatlah penting dalam hubungan dengan teman, keluarga maupun Allah..
Biar kita selalu dekat dengan semua..
Itulah jadi alasanku, kenapa aku mengirimkan message ini
Itu tandanya, aku gak pernah lupa sama SAHABAT

                                                                                         Sumber : dari sms teman


Setelah dibaca berulang-ulang dan diresapi maknanya, sepenggal pesan di atas memang benar adanya. Ketika tiap dari diri kita lulus dari satu sekolah kemudian melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka secara otomatis intensitas silaturahmi kita pada sahabat terdahulu menjadi berkurang. Kesibukan aktivitas di tempat yang baru, suasana yang baru, lingkungan serta wajah-wajah yang baru membuat kita perlahan-lahan melupakan sahabat terdahulu kita. Wajar memang. Ditambah komunikasi sekedar “say hi” pun jarang kita lakukan. Bisa jadi alasan yang terjabar di atas menjadi salah satunya penyebabnya.


Padahal, kalau dipikir-pikir sekarang ini kan dunia begitu maju, teknologi juga semakin mutakhir. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyambung kembali silaturahmi yang nyaris putus tersebut. Tapi, entahlah..apa kesibukan yang sedemikiannya, ditambah lagi dengan pola pikir yang kurang lebih sama  pada tulisan di atas?Mungkin saja.., tiap individu pasti punya alasannya sendiri, bukan?
READMORE - Persahabatan; putus?

Thursday, December 23, 2010

Aku dan Hatiku

Susah sekali menjaga hati ini. Hati ini ibarat bunglon yang beruba-ubah. Ya, sejujurnya hatiku juga demikian. Kadang hati ini indah, bahagia penuh dengan cahaya, prasangka positip, akan tetapi ketika gelombang kehidupan menghantam, sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan dan keterbatasan, hatiku pun ikut terguncang oleh gelombang tersebut.

Mungkin itulah aroma kehidupan yang tak selamanya nikmat untuk dicicipi. Namun, mau apa lagi?Mungkin dengan rusaknya hatiku untuk sesaat, aku lebih bisa memaknai bagaimana rasanya emosi seseorang ketika merasa “dikerdilkan”, bagaimana rasanya kesedihan mendera sehingga membuat rona wajah yang indah menjadi muram durja.

Sejatinya, ketika hatiku berada di tengah terjangan gelombang yang tak menyenangkan ini, ada dua pihak yang sedang berperang saat itu. Dua oposisi yang misinya bertolak belakang. Akan tetapi, bila salah satu oposisi ini berada di atas angin maka efeknya sangat besar pada tindakanku. Ya..akibat peperangan dua kubu inilah maka pada akhirnya kubu yang jatuh sebagai pemenanglah yang lebih dominan implementasinya pada aktivitasku.

Dan….kubu itu adalah kubu kebaikan dan kubu kejahatan. Suara kebaikan dan suara kejahatan. Siapakah yang mewakili keduanya?siapakah cerminan keduanya?

Lazimnya telinga kita pasti sering mendengar kedua kata ini; syaitan dan malaikat. Malaikat mencerminkan suara kebaikan. Syaitan mewakili suara kejahatan. Atau jika diilustrasikan dengan warna, si hitam dan si putih. Putih merujuk pada nilai kebaikan,suci, bersih yang cocok ditujukan pada aktivitas kebaikan, yaitu malaikat. Sedang si hitam, tak ayal lagi lebih mendominasi hal-hal yang buruk, negatif yang selalu menjadi aktivitas syaitan hingga akhir zaman. Tarik menarik di antara keduanya yang akan berujung pada implementasi tindakan riil ku.

Bukan rahasia umum, kalau hatiku dan hati setiap manusia ini merupakan tempat, sumber dari segala hal. Hati yang menggerakan seluruh anggota badan untuk bergerak melakukan tindakan yang diinginkan. Rasulullah SAW bersabda : 

    Dalam diri anak Adam itu ada segumpal daging. Bila baik daging itu baiklah seluruh    anggota dan seluruh jasad. Bila jahat dan busuk daging itu jahatlah seluruh jasad.     Ketahuilah, itulah hati.
                                                                             (Hadits Riwayat Al-Bukhari & Muslim)

Sekarang, untuk sesaat hatiku sungguh-sungguh tak baik, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku harus segera membersihkan hatiku ini.  Meski memang aku akui tak gampang, tapi aku harus berusaha. Jangan sampai kotoran “tak baik” ini bertambah legam. Akan semakin baik, bila seseringmungkin aku membersihkan hatiku. Tak hanya baik buat diriku, akan tetapi juga orang-orang yang ada disekitarku. Wallahualam.

READMORE - Aku dan Hatiku

Monday, December 20, 2010

Susah-susah gampang.

Menulis itu susah susah gampang. Dibilang susah karena rasanya mencari yang namanya ‘ide” itu sulit sekali. Terkadang udah di depan computer atau di atas kertas dan di ujung pena berjam-jam, namun ide belum keluar juga. Coret sana, coret sini belum juga ada yang pas. Dibilang gampang, terkadang ketika kita menghadapi kejadian yang dahsyat, baik itu yang tiba-tiba mengenakkan hati atau menyedihkan hati, kita seakan timbul ide meluap-luap untuk segera ditumpahkan. Rasa kesalkah atau bahagiakah, seperti ketika kita melampiaskannya dengan kata-kata, begitu mudah mengalir.

Sama halnya, ketika ada seminar. Awalnya, setelah mendengarkan seminar tersebut, atau membaca makalah singkat yang diberikan oleh sang pembicara. Otak kita belum terlalu konek, apalagi jika seminarnya rada panjang plus makalahnya juga agak panjang, rasanya agak malas untuk bertanya (ups..masalahnya malas membacanya). Tetapi, ketika ada seseorang bertanya kemudian dijawab oleh pembicara. Api bertanya mulai tersulut. Biasanya, tanya jawab ini mulai menarik untuk diikuti. Satu per satu sanggahan, kesetujuan atau input atas pertanyaan mulai berkembang. Hasilnya…ya suasana mulai hidup. Seminar berlalu tanpa disadari. Satu jam berlalu, dua jam terlewati dan terkadang waktunya terus molor sesuai dengan yang dijadwalkan. Kalau sudah begini, rasanya tak terasa lagi waktu itu. Nah, biasanya suatu seminar itu selalu ada jadwal pasnya. Pasti bakal keki berat bila ditengah titik peperangan pendapat, tiba-tiba seminar harus ditutup. Ya… Tapi, jangan khawatir, sang moderator selalu mencoba menyimpulkan bahasan yang telah berlalu.

Nah, begitulah aktivitas menulis. Pas awalnya, agak sulit, tapi setelah kita menulis terus apa yang kita rasa, mengalir begitu adanya. Pasti, di hati kita tiba-tiba timbul pertanyaan yang membantu tulisan kita, Satu demi satu pertanyaan yang ada di pikiran kita terbayang, ada jawabannya, sehingga menambah bahan untuk menulis. Satu halaman, terus lanjut ke halaman berikutnya, terusss… dan akhirnya tak terasa jadi full tiga lembar halaman HVS.

Begitu otak dan jari kita merasa full, dan semuanya stop. Baru kita baca lagi dari awal, sampai akhir. Biasanya ketika membaca ini, banyak revisi yang kita lakukan, mulai dari misstype (kalau kita langsung mengetik pake komputer, kesalahan pengetikan lumrah terjadiJ), susunan kata yang dirasa kurang pas, atau bahkan susunan paragraph yang dipikir agak terbalik letaknya. Nah, mulailah kita merapikannya, membacanya berulang-ulang sampai semuanya kita pikir “Klop”.

Tapi, ketika kita minta orang lain membacanya, mereka pasti punya pendapat yang lain, apalagi jika orang yang kita mintai tolong itu wawasannya cukup luas. Wah…gak ketulungan kritiknyaJ. Tapi, jangan buru-buru bertekuk wajah kita. Dengarin dulu ide mereka, siapa tau bisa jadi ide untuk tulisan berikutnya. Maksudnya?Ya, ide di kepala sahabat kita itu bisa jadi ide untuk topik yang lain. Bukan tidak mungkin kan?jadi kira-kira idenya ada dua. Bener gak?pengalamanku sih suka begitu. Niatnya Cuma minta dikoreksi tulisan kita, eh malah diotakku jadi ide lagi buat tulisan lainnya.

Jadi, berbagi ke orang lain bisa jadi bank ide juga buat tulisan:)



READMORE - Susah-susah gampang.

Wednesday, December 15, 2010

Hikmah dibalik salah satu kejadian hidupku

Waktu itu selalu bergerak maju, berputar hingga genap satu hari. Hari demi hari pun berlalu tak terasa telah menggenapi satu bulan. Bulan demi bulan juga terus berganti dan sekarang telah memasuki bulan desember, bulan paling akhir di tahun 2010. Sejatinya banyak hal yang berubah pada tiap individu.

Secara jujur, aku akui bahwa di tahun ini bukan hanya usiaku yang di dunia ini bertambah, melainkan pengalaman hidupku juga bertambah. Banyak kejadian yang hikmahnya hanya aku yang dapat menyimpulkannya. Ya jelas ya?kan yang mengalaminya diriku sendiri:)

Namun, sayangnya pengalaman hidup itu tak mungkin diketahui orang lain, kecuali jika aku secara personal membaginya. Walaupun begitu, aku yakin tiap orang juga seperti diriku memiliki beraneka pengalaman di sepanjang tahun 2010 ini, baik itu suka maupun duka. Sejatinya, diri kitalah yang dapat dengan arif menarik pesan tersirat dari semua peristiwa yang telah berlalu itu.

Hidup itu akan berarti dan bermakna jika kita sendiri yang memaknainya. Maksudnya, tiap orang pasti menemui kejadian yang berbeda, sebenarnya kejadian itu memiliki pesan yang tersimpan jika saja “yang mengalami kejadian itu” dapat memaknainya.

Aku pribadi berusaha memutar otakku, merenungkan kejadian yang telah berlalu dan hal-hal yang kulakukan di sepanjang tahun 2010 ini. Sekarang renunganku berfokus pada hobi yang kumiliki. Aku itu orangnya suka sekali membaca. Semua buku yang bermanfaat, baik itu cerpen, novel, literature atau buku-buku yang menginspirasi setiap pembaca pasti memiliki daya tarik tersendiri di hatiku.

Makanya tak heran kalau koleksi bukuku itu lumayan banyak. Namun, sekarang  pikiranku tertuju pada koleksi buku yang kumiliki. Entah kenapa, tiba-tiba perhatianku tertuju pada tumpukan buku di kamarku. Hatiku lalu tergerak untuk mengamatinya. Setelah aku perhatikan, ternyata koleksi buku bacaanku bertambah pesat, yaitu sebanyak 9 buah buku. Aku bisa memastikan bahwa kesembilan buku tersebut aku koleksi disepanjang tahun 2010 ini. Mengapa aku bisa berkata demikian? Jawabnya sederhana, karena suatu kebiasaan yang  selalu aku lakukan jika membeli suatu buku ialah selalu menyampulnya dan tak lupa memberikan identitasku yang berupa tandatangan sekaligus tanggal dibelinya buku tersebut. Maka, sangat mudah bagiku untuk mengenali kapan tepatnya sebuah buku milikku itu dibeli.

Setelah aku kalkulasikan, anggaran yang telah kuhabiskan untuk kesembilan buku itu sangat fantastis. Sesaat, aku baru tersadarkan bahwa aku memiliki sifat yang tak bisa mengendalikan diri jika berhadapan yang namanya buku.

Aku bisa menyimpulkan seperti itu karena setelah kuingat-kuingat,  saat membeli ke sembilan buku tersebut, sama sekali tak terencana sebelumnya. Telah menjadi kebiasaanku ketika berjalan ke suatu mall atau department store, aku selalu menyempatkan diri ke toko buku, meski hanya sekedar membaca. Dari awal memasuki toko buku sebenarnya  tak terpikir untuk membeli buku, niatnya hanya sekedar mambaca. Namun sepertinya, aku tak dapat mengendalikan hasratku untuk tak memboyong buku tersebut jika aku telah terlanjur tertarik dengan isinya, makanya jadilah buku itu berpindah ke rumahku.

Selain tak dapat mengendalikan diri untuk membeli buku yang menurutku kontennya menarik, ternyata bila aku analisis, aku juga terlalu berlebihan membawa uang ketika ingin jalan ke mall atau pusat perbelanjaan. Akibatnya ya banyak barang tak terduga yang aku beli, contohnya seperti buku tadi. Sebenarnya, meski aku tertarik sama isi buku itu, dan ingin sekali memilikinya, tak akan pernah secara setengah sadar aku membelinya bila uangku tak cukup untuk membelinya. Tetapi, karena aku selalu membawa uang yang agak lebih ketika akan pergi jalan, makanya aku seakan mengulangi hal yang sama berturut-turut. Mengapa aku katakan kesalahan yang sama?karena kesembilan buku  tersebut aku beli tanpa perencanaan sebelumnya.

Aku bukannya menyesal telah membeli buku itu, bagiku jika sesuatu itu telah terjadi, jangan disesali. Penyesalan hanya akan membuat otakku bertambah penat, ujung-ujungnya aku sendiri dicekam rasa yang tak mengenakkan. Aku juga yang ruginya. Ya..diikhlaskan saja, toh semua telah terjadi. Hanya saja, aku mencoba mengoreksi hal yang kurang baik ini sehingga ini dapat menjadi kaca bagiku di kemudian hari, yaitu berpikir sebelum bertindak.

Meski demikian, aku tetap mendapat manfaat positip dari kesembilan buku itu. Mau tahu?

Jawabnya sederhana, dengan bertambahnya koleksi bukuku, artinya wawasanku juga bertambah. Membaca itu adalah gudang ilmu. Dengan banyak membaca maka akan semakin banyak juga pengetahuanku, apalagi buku-buku yang aku beli itu memang buku yang bermanfaat.

Tapi, sekarang kan dunianya internet. Buat apa buang-buang uang untuk membeli buku?

Iya memang benar, sekarang informasi dapat diakses tanpa batas melalui internet. Namun, memiliki buku bacaan secara personal itu memiliki nilai plus sendiri. Contohnya, jika kita ingin menulis makalah, atau tulisan yang membutuhkan argumen yang kuat untuk mendukung pendapat yang kita utarakan, maka  akan lebih baik jika kita memiliki bukunya sendiri, sehingga jelas sumbernya jika nanti dipertanyakan.

Aku juga bersyukur melalui salah satu buku yang aku beli  secara tak terduga ini, aku jadi mengerti cara membuat blog. Hasilnya ya lihat saja blog sederhanaku ini; . http://wits-inilahhidup.blogspot.com/.  Blog ini aku bangun setelah membaca buku yang menjelaskan cukup detail cara membuat blogspot dan seluk beluknya. Aku belajar sambil mempraktekkan sendiri secara mandiri. Memang blogku masih cukup natural, tapi bagiku bukan masalah, yang penting aku bisa membagi apa yang telah aku tulis buat orang lain.

Dan, aku tak tahu apakah secara kebetulan  atau bagaimana, belum lama aktif di dunia blogging, tiba-tiba pihak buzzcity tertarik dengan postingan yang aku buat, dan menawarkan kerjasama denganku. Tanpa aku ketahui sebelumnya, pihak buzzcity telah membuatkan  situs mobile untuk blog aku ini, aku baru mengetahuinya setelah membaca komentar mobilizer pada postinganku yang berjudul “waktu”. Sepenuhnya aku katakan,  aku jadi senang bila ada respon yang positip begini. Aku jadi lebih termotivasi  untuk memposting tulisan yang jauh lebih baik dari yang telah ada. Seakan ada suntikan segar dari luar sana. Dan lagi bagiku, menulis itu juga salah satu obat mengurangi stress. Dengan menulis, aku mencoba membagi ide di otakku yang masih belum terangkai dengan jelas menjadi rangkaian paragraf yang tertulis secara berurutan sehingga dapat diambil sarinya oleh pembaca. Jadi, aku seakan bercerita, tapi media penyalurannya berupa tulisan bukan kata-kata layaknya orang sedang curhat.

Memang benar ada ungkapan bijak yang mengatakan bahwa kejadiannya itu tak penting, tetapi bagaimana cara kita menyikapi kejadian tersebut. Sama kasusnya dengan apa yang aku paparkan pada tulisanku ini, meski kejadiannya tak terduga sebelumnya, namun banyak hikmah yang aku petik.

Ya, begitulah,.. merenungkan dan mengevaluasi kejadian yang telah berlalu itu perlu dilakukan oleh setiap individu agar kehidupannya di masa mendatang jauh lebih baik. Siapa lagi yang akan membenahi diri kita,  kalau bukan diri kita sendiri. Semakin bijak kita menyikapi kejadian yang telah berlalu, maka insyaallah kita juga akan menjadi manusia yang lebih bijak.

Sebenarnya banyak hal dari diriku yang perlu dibenahi, namun pada tulisanku ini, aku lebih memfokuskan pada tindakan belanja yang tak terduga ini, khususnya di sepanjang tahun 2010. Semoga apa yang aku tulis ini dapat dipetik sisi positipnya.


*Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.
READMORE - Hikmah dibalik salah satu kejadian hidupku

Monday, December 13, 2010

Hal Kecil

Kadang hal-hal kecil mampu merubah segalanya”. Pernah mendengar kalimat ini?Kalau tak salah ingat ya, saya pernah dengar slogan ini dari salah satu iklan di televisi.

Setelah dipikir-pikir ternyata benar juga. Hal-hal kecil ternyata mampu merubah segalanya. Contohnya dulu, sewaktu masih di bangku sekolah. Ada guru fisika yang killer banget. Kalau “Si bapak killer” sudah ngajar, fuih… tak ada murid yang dengan leluasa beraktivitas, bahkan untuk sekedar mengalihkan pandanganpun rasanya perlu berulangkali mikir, saking takutnya sama si bapak killer.

Anehnya, si bapak killer sama sekali tak sadar. Beliau kekeh, komit sama metode pengajarannya yang persis seperti militer yang penuh dengan  aturan. Pokoknya tegang sekali.

Murid-murid pastinya tak merasa nyaman, mereka tak dapat rileks menangkap pelajaran yang disampaikan beliau. Bila murid bertanya sesuatu mengenai materi yang beliau sampaikan, maka ini akan menjadi bencana kecil karena si bapak killer akan langsung balik bertanya. Sebenarnya baik, karena dengan demikian akan terjadi interaksi. Metodenya menjadi interaktif. Tapi…yang menjadi masalah adalah “image” si bapak yang terlanjur dipatrikan killer di benak semua murid maka mereka jadi takut. Boro-boro terpikir untuk menjawab pertanyaan balik si bapak killer, yang ada detak jantung semakin menjadi-jadi. Kalau sudah begini kejadiannya, bagaimana murid dapat berpikir jernih?bercabang sih iya karena rasa takut tadi.

Situasi ini terus berlanjut hingga ketika si bapak killer ulang tahun. Seisi kelas berencana untuk memberikan kado sebagai ucapan selamat di hari jadi beliau.  

Tepat pada saat jam pelajaran beliau…

Seperti biasa suasana jantung semua murid dag dig dug; perasaan cemas mulai menyelimuti. Biasa si bapak killer akan memulai aksinya di depan kelas. Si bapak killer mengeluarkan buku panduan yang lumrah beliau pakai, mengambil kapur dan menulis rumus-rumus fisika.

Sementara dibarisan bangku paling belakang, sang creator dari ide (sssst…., seisi kelas mau ngasih kado nih:)) ini mulai beraksi. Rembukan dengan beberapa teman sedang terjadi. Suasana mulai ramai, sedikit gaduh.

Si bapak killer yang mulai menyadari keributan ini berespon. Beliau langsung berbalik dan..

“Kau”, kata beliau seraya menyerahkan kapur kepada seorang murid perempuan yang bernama Asih, yang duduk tepat di hadapan kursi beliau. “Lanjutkan turunan rumus itu!”, sambung beliau seakan memerintah.

Asih cukup kaget. Dia hanya bengong. Rasa bingung bercampur takut menyelimuti hatinya. Dia tak beranjak sedikitpun.

Si bapak killer langsung beraksi. “Ah, lambat kali Kau”, kata beliau dengan logat khas sumateranya.

“Sudah, sekarang Kau”, kata beliau beralih ke murid disebelah Asih yang bernama Ranti.

Di barisan paling belakang,   suara berbisik-bisik tadi masih jelas terdengar. Si bapak killer melotot dan tanpa diduga, seorang murid bernama Arya memberanikan diri berjalan menuju beliau. Di  tangan Arya terlihat bungkusan kado. Jantung Arya terus berdetak, detaknya malah tak teratur persis seperti atlet sprint telah selesai berlari. Meski demikian, Arya terus berjalan mendekati posisi si bapak killer.

“ini dari kita semua, Pak”, Arya membuka suaranya pelan dan menyerahkan kado yang sedari tadi di tangannya. “Ssse  lamat uuulanng tta..hun, Pak”, lanjut Arya dengan suara yang terdengar setengah terbata. (entah kenapa, tiba-tiba suara Arya jadi gemetar..)

Entah tertegun atau apa, si bapak killer hanya diam. Arya kemudian meletakan kado tersebut di meja beliau dan langsung meraih tangan beliau dan menciumnya. Aksi Arya ini lalu diikuti oleh seisi kelas. Satu per satu, murid-muri mencium punggung tangan si bapak killer diiringi ucapan selamat.

Si bapak killer masih terdiam tanpa sepatah katapun namun sepertinya beliau tak keberatan mendapat perlakuan dari murid-murid seisi kelas, tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Mungkin terharu. Dan, sepertinya, beliau tak ingat lagi kalau barusan  meminta Ranti untuk menyelesaikan turunan rumus fisika yang beliau tulis  di papan tulis.

Seminggu telah berlalu sejak kejadian itu..

Memang tak ada ucapan terimakasih secara riil keluar dari mulut si bapak killer, tetapi ada yang berbeda dari beliau pada saat mengajar. Beliau jadi sedikit mau bercerita. Ternyata ceritanya juga cukup mengundang  gelak tawa. Di akhir ceritanya juga beliau tertawa. Seisi kelas seakan tak percaya. Wah..ternyata si bapak killer bisa juga membuat lelucon, trus ditambah ketawa kecil lagi. Surprise melihat ini. Dulu sih boro-boro tertawa,  senyumpun hampir tak pernah, sepertinya mahal sekali harga senyum si bapak killer.

Namun demikian sedikit perhatian dari seisi kelas membuat beliau jadi berubah. Tak hanya perawakan beliau yang terlihat friendly, tetapi cara beliau mengajar juga jauh lebih enjoy dibanding dulu. Yang pasti tak sekiller dulu, ups..jadi pengen berubah manggil beliau si bapak friendly:).

 Hehe…kenangan zaman sma dulu. Sobat pernah punya guru killer seperti ini?

READMORE - Hal Kecil

Monday, December 6, 2010

Gadis

Dikisahkan ada seorang gadis berparas manis, cerdas namun tak sombong dengan kecerdasan itu. Sang gadis juga terlahir di keluarga yang cukup baik dari sisi pendidikan maupun finansial. Jika melihat latar belakang sang gadis, orang-orang berpikir bahwa hidup sang gadis begitu sempurna, seperti tak ada yang bermasalah pada dirinya. Tak ada alasan yang dapat membuatnya bersedih hati.

Namun, itu kan keadaan yang secara kasat mata terlihat demikian, akan tetapi siapa yang tahu batin sang gadis? Penampakan dari luar yang terlihat begitu bahagia, ternyata tak sedemikian adanya. Allah yang Maha Kuasa akan segala sesuatu, mengujinya dengan penyakit. Tubuhnya lemah sekali, dan akan mudah sekali terkena penyakit. Fisiknya sangat lemah.

Sang gadis sepenuhnya menyadari bahwa dirinya milik Sang Pencipta. Mungkin ini keadaan yang terbaik dari-Nya. Meski demikian, sebagai manusia biasa yang lemah dan tak luput dari kekhilafan, dia ingin sekali memperoleh kesehatan sama seperti manusia pada umumnya. 

Jauh, di lubuk hatinya, dia ingiiin sekali memperoleh kesehatan, yang selalu didamba setiap insan. Bahkan pernah, terlintas di pikirannya, andai saja ia dapat memilih. Dia ingin sekali, turun di keluarga yang biasa-biasa saja, tetapi memiliki tubuh yang full sehat.

Sebagai manusia yang memiliki keinginan. Nuraninya, tentu menginginkan kesenangan, kebahagiaann layaknya manusia pada umumnya. Manusia mana yang mau mendapat hal yang tidak menyenangkan seperti ini?pastinya tak ada bukan? 

Walaupun demikian, sebagai muslimah, yang yakin akan adanya Zat yang Maha Pencipta, sang gadis sadar. Dia tak boleh “murka” seperti itu. Sebagai hamba, sang gadis harus bersyukur dengan segala kelebihan yang Allah titipkan.

Bukankah diri sang gadis adalah milik-Nya?Bukankah tak ada yang dapat menolak takdir-Nya?Hanya  dengan doa semuanya dapat berubah, insyaallah…

Tanpa pernah putus asa, tiap akhir sholatnya, sang gadis selalu berlinangan airmata, berdoa, memohon agar Allah mau mengabulkan doanya. 

Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang ingin menjadikannya teman seumur hidup. Alangkah senangnya hati sang gadis. Tapi, ketika dia mengingat keadaan fisiknya, dia seakan dibayang-bayangi rasa takut. Tiba-tiba, hatinya menjadi bimbang, seakan dirinya tak pantas untuk sang lelaki. Dia merasa bukan apa-apa, meski secara kasat mata orang melihatnya begitu banyak kelebihan.

Berat hatinya mengambil keputusan ini, namun rasa takutnya melebihi keinginannya untuk menerima niatan sang lelaki. Akhirnya, bisa ditebak, penolakanlah yang sang gadis lakukan. Dia sadar dengan apa yang telah ia putuskan, bukan tidak mungkin pihak keluarga lelaki tersebut bakal menuduhnya negatif. Dan, dugaan sang gadis memang benar, ucapan dari pihak keluarga lelaki begitu menusuk.

Sejujurnya, batin sang gadis menjerit, sedih bukan kepalang. Di satu sisi, dia terpaksa “menolak”, suatu tindakan yang bertentangan dengan hati nuraninya, dan belum kering benar airmatanya, sang gadis mendapat ucapan yang begitu menyakitkan. Pastinya , hanya Allah yang Tahu, bagaimana hatinya berkecamuk saat itu.

Mendapat perlakuan yang sedemikiannya, sang gadis ikhlas. Sang gadis, mengerti sekali mengapa tindakan keluarga lelaki demikian buruknya pada dirinya. Hanya Allah, yang Maha Tahu mengapa dirinya mengambil keputusan demikian. Keputusan yang tak hanya menyakiti perasaan keluarga sang lelaki, akan tetapi juga menyakiti hatinya.

Sang gadis butuh waktu untuk memastikan bahwa lelaki yang kelak akan menemaninya menjalani hidup ini adalah lelaki yang mau menerima keterbatasannya. Tak hanya melihat dirinya yang secara kasat mata begitu sempurna.

Kira-kira masih adakah lelaki yang seperti itu?wallahualam..

Ya…, terkadang kita merasa bahwa orang lain lebih bahagia, sempurna dari diri kita. Bisa saja, pada saat yang sama orang lain justru memandang bahwa diri kitalah yang paling bahagia. Ada peribahasa yang mengatakan bahwa “rumput tetangga itu memang jauh lebih hijau”. Bersyukur adalah hal yang terbaik dalam menjalani kehidupan. Kita dari DIA dan akan kembali kepada-Nya.Wallahualam
READMORE - Gadis

Monday, November 29, 2010

Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu merupakan faktor internal yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sebagai faktor internal maka rasa ingin tahu tersebut menjadi motivasi yang kuat dalam pencapaian sesuatu. Rasa ingin tahu juga merujuk pada cara berpikir yang kritis. Artinya, opini yang ia  dapat baik melalui literature maupun bertanya pada sekelilingnya tak akan begitu saja diterimanya. Otak si empunya rasa ingin tahu tersebut akan menganalisis setiap pernyataan yang ia dapat dan berusaha mencari titik terangnya berdasarkan pola pemikirannya sendiri.

Ada cerita sederhana pada sebuah majalah yang pernah saya baca (maaf, saya lupa apa nama judul dan majalahnya;)) yang menggambarkan rasa ingin tahu. Diceritakan, ada seorang laki-laki yang ketika akan pergi ke mesjid untuk menunaikan sholat maghrib mendengarkan suara gesekan biola. Pada awalnya, ia tak begitu ambil pusing dengan realita ini. Namun, lama-kelamaan, karena suara gesekan biola ini selalu ia dengarkan timbul tanda tanya di benaknya. Rasa ingin tahu mulai menyusup. Akal sehatnya mulai mempertanyakan keganjilan ini.

“Mengapa suara gesekan biola itu selalu terdengar ketika azan berkumandang?Apa si pemain biola tak tahu klo itu waktunya azan maghrib?Waktunya setiap hamba-hamba Allah datang untuk memenuhi panggilan-Nya?” lirih Sang lelaki dengan penuh rasa ingin  tahu. Ia menjadi penasaran. Betul-betul suatu keanehan.

Keanehan yang ia dapat kemudian ia ungkapkan pada sobat terdekatnya. Namun, sungguh sayang, sang teman hanya menganggap remeh keadaan ini. Meski demikian, jawaban temannya sama sekali tak dapat menyudahi rasa ingin tahu si lelaki pada keanehan ini. Keadaan yang terjadi, justru sebaliknya. Si lelaki semakin ingin tahu mengapa dari rumah yang letaknya tak berjauhan dari mesjid itu selalu terdengar suara gesekan biola tepat saat azan maghrib berkumandang? Lelaki ini terus menjadi berusaha mencari tahu.

Singkat cerita, akhirnya lelaki ini mengetahui  bahwa di rumah tersebut tawanan penjahat telah memenjarakan si pemilik rumah. Pemilik rumah tak dapat keluar dari rumah. Maka salah satu cara agar mendapat pertolongan, si pemilik rumah berusaha meminta bantuan  pada masyarakat melalui cara yang cerdik yaitu dengan memainkan biola tepat pada saat azan berkumandang. Ketika itu banyak muslim yang berlomba-lomba ke mesjid,si pemilik rumah berharap ada yang mendengarkan permainan biolanya dan tergerak untuk mendekati sumber suara. Bila hal ini terjadi, maka kesempatan untuk mendapat pertolongan akan semakin besar.
Akhirnya, berkat rasa ingin tahu si lelaki, si pemilik rumah terbebas dari tawanana penjahat. Komplotan penjahat diringkus polisi. Si pemilik rumah dengan leluasa dapat menghirup udara kebebasan.

Begitulah, sekilas gambaran rasa ingin tahu. Melalui rasa ingin tahu si lelaki, pemilik rumah terbebas dari kungkungan penjahat. Betapa besar manfaat rasa ingin tahu ini. Padahal hanya pada hal-hal yang sebagian besar orang menganggapnya sepele. Bagaimana menurutmu?
READMORE - Rasa Ingin Tahu

Thursday, November 25, 2010

Internet Sehat Bikin Hebat


Teknologi itu….internet

Perkembangan teknologi menjadi bukti bahwa peradaban manusia semakin maju. Teknologi dan manusia adalah dua bagian yang tak terpisahkan. Keduanya berkorelasi bolak-balik. Teknologi ada dan semakin berkembang karena upaya evolusi yang dilakukan manusia secara terus menerus. Manusia selalu melakukan inovasi-inovasi sehingga pemutakhiran selalu terjadi. Sebaliknya, pemutakhiran teknologi ini tak lain bertujuan untuk memberi  kemudahan kepada pengguna (user), yang dalam hal ini tak lain adalah manusia itu sendiri. Jadi, jelas bahwa manusia memiliki dwifungsi sekaligus, sebagai innovator dan user.


Perkembangan teknologi memang tak dapat dihindari, apalagi di masa yang serba mobile saat ini. Akses informasi menjadi tanpa batas. Tanpa mengenal ruang dan waktu.Teknologi yang dimaksud adalah internet.  

Internet yang merupakan kepanjangan dari 'interconnected-networking' merupakan rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Dengan segala fasilitas yang dimilikinya, seperti pusat informasi, bisnis serta permainan maka tak heran jika internet selalu dibutuhkan semua penggunanya. Kemudahan akses yang dilakukan oleh setiap pengguna membuktikan bahwa melalui akses “KLIK” semata, semua bisa  dengan mudah dilakukan, Ya, saking mudahnya seakan  “the world is in front of your finger” , dunia itu ada di ujung jari pengguna. Analogi yang pas untuk aktivitas internet yang hanya “KLIK” saja ini.

Berdasarkan data Kementrian Komunikasi dan Informatika didapat bahwa pengguna internet pada tahun 1998 kurang lebih 200 juta pengguna dan bertambah dengan pesatnya pada tahun 2009 hingga menjadi 1,56 milyar pengguna. Angka yang fantastis bukan?

Keadaan ini dipicu oleh banyaknya sarana yang memberikan kemudahan untuk mengaksesnya. Saat ini tersedia teknologi ADSL, 3G dan EVDO. Meski demikian, keberadaan warnet dapat menjadi pilihan jika tak dapat mengaksesnya secara personal.

Selain, kemudahan sarana  untuk mengaksesnya, Keadaan ini juga dipicu oleh banyaknya manfaat yang ditawarkan oleh internet seperti dipaparkan di atas. Dan bak gayung bersahut ada pihak yang dengan cerdik melirik manfaat yang ditawarkan oleh INTERNET sebagai media atau dapat dikatakan partner dalam aktivitas mereka. Contoh sederhana adalah dunia perbankan. Ada bank yang menambahkan “internet” sebagai fasilitas yang memberikan kemudahan bagi konsumennya. Kemudahan ini, tentu saja disambut dengan tangan  terbuka oleh pelanggan. Bagaimana tidak, hanya dalam hitungan menit atau bahkan detik, pelanggan dapat melakukan transakasi-transaksi, misalnya pembayaran listrik, dan air minum melalui internet tanpa harus bersusahria antri seperti cara konvensional yang biasa dilakukan. Suatu kemudahan yang sangat membantu di dunia yang serba mobile saat ini.

Internet juga memiliki nilai edukasi, dimana mesin pencari selalu menjadi alternative utama bagi pelajar ketika mencari tambahan referensi tugas sekolah mereka. Hemat waktu dan biaya, karena info yang mereka butuhkan akan lebih mudah diperoleh. Dan, variatifnya mesin pencari yang ditawarkan oleh internet menjadi salah satu bukti betapa banyaknya manfaat dari internet tersebut, antara lain, google, yahoo dan bing. Belum lagi, fasilitas tambahan dari mesin pencari, contohnya google yang saat ini memang menjadi mesin pencari favorit. Fasilitas itu antara lain terjemahan, maps, gambar, email serta beberapa fasilitas lainya.

Banyak situs di internet yang menjadikan internet laris manis. Salah satu yang masih hangat untuk diperbincangkan adalah situs jejaring social yang ditemukan oleh Mark Zuckerberg, yaitu facebook. Situs ini menjadi situ favorit bagi pengakses dunia maya, yang dijadikan jembatan persahabatan pada  semua kalangan tanpa mengenal batas.

Layanan electronic mail atau yang akrab disebut email juga menjadi alasan orang untuk memanfaatkan internet. Ditambah lagi adanya layanan gratis yang menyediakannya, sebut saja gmail, yahoo dan layanan lainnya.

Internet juga dapat dijadikan sarana penyaluran bakat bagi pemakainya. Contohnya adalah bagi mereka yang memiliki hobi menulis maka dapat menyalurkannya dengan memposting tulisan tersebut melalui media yang dikenal dengan blog. Blog dapat menjadi sarana interaktif antara penyalur bakat (pemilik blog) dengan pengunjung blog. Melalui blog ini juga pemilik blog secara tak langsung berbagi melalui ide-idenya yang telah dituangkan ke media tulis dan dipublikasikannya.  Pembaca yang meninggalkan komentar pada tulisan yang telah dibacanya inilah yang menjadikan blog sebagai sarana interaktif. Komunikasipun terjadi layaknya di dunia offline.

Disamping itu, banyaknya layanan gratis yang memungkinkan pengguna untuk melakukan aktivitas download. Makanya tak heran jika pengguna internet semakin bertambah. Ya, begitulah di zaman modernisasi saat ini rasanya hampir semua lapisan masyarakat begitu mengenal INTERNET

Internet, internet dan internet. Teknologi ini menghipnotis semua pengguna. Tak akan pernah habis bahan untuk mengupas yang namanya internet. Apalagi saat ini internet dengan segala fenomenanya semakin marak diperbincangkan.


Internet Sehat

Sehat merupakan indikasi akan suatu keadaan yang positip. Artinya bebas dari yang namanya “penyakit”. Dimana-mana yang namanya “sehat” akan membuahkan banyak aktivitas  yang dapat dikerjakan. Bayangkan jika tubuh kita sakit! Sakit gigi misalnya. Bisa diprediksi bahwa tak banyak aktivitas dapat dilakukan. Seandainya pun banyak aktivitas yang dilakukan, tak akan maksimal dikerjakan.   Konsentrasi tak akan penuh. Salah-salah malah membuat gigi yang telah sakit tadi, bertambah parah, karena dipaksakan juga untuk berpikir guna beraktivitas.

Nah, bagaimana analoginya untuk internet sehat?

Seperti telah dijelaskan pada bagian di atas bahwa internet itu teknologi. Sehat itu merupakan indikasi keadaan. 

Maksudnya?

Ya, begini yang namanya internet itu adalah teknologi. Artinya internet adalah benda. Maka, seperti yang dipaparkan pada paragraf pertama bahwa teknologi dan manusia adalah dua hal yang berkorelasi bolak-balik,  ketika dikatakan “internet sehat” akan berhubungan erat dengan pemakai internet, yang tak lain adalah manusia. 

Maksudnya?maksudnya?

Ya jelas, internet itu sehat atau tidak tergantung dari setiap penggunanya.

Jadi, internet itu…

Internet itu sarana, teknologi seperti telah dipaparkan secara detail pada paragraf-paragraf di atas. Tak ada yang salah dari internet.  Yang menjadi titik permasalahan adalah “si pemakainya”

Dengan berinternet secara sehat maka akan banyak manfaat internet yang dapat dioptimalkan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, internet itu banyak sekali manfaatnya. Sayang, kalau penggunanya tak dapat  menggunakan kesempatan dari manfaat yang telah disediakan oleh internet. Padahal, sesuatu  itu akan bermanfaat jika pengaplikasiannya juga benar. Sebaik apapun teknologi itu, jika tak dapat digunakan secara sehat, hasilnya.. ya percuma. 

Siapa coba yang Rugi?internet?

 Bukan.., bukan. Yang rugi pastilah pengguna itu sendiri.

Lalu bagaimana cara berinternet secara sehat?

Secara umum dapat diartikan dengan menggunakan internet tanpa harus membuatnya menjadi sia-sia. Bahasa sederhananya, setiap pengguna dapat mengoptimalkan keberadaan internet untuk kebutuhannya, tanpa merugikan dirinya dan orang lain.

Merugikan dirinya dan orang lain?Jelasnya? 

 Contoh sederhana, pembajakan akun yang marak terjadi saat ini. Akibat cara berinternet yang tak sehat dari pengguna. Maka, efek yang tak sehat ini juga berpengaruh pada pemilik akun yang dibajak tadi. Yang jelas, sangat merugikan. 

Atau secara spesifik untuk mengetahui cara berinternet sehat atau tidak, ya tergantung dari tiap individu yang mengartikannya. Cara berinternet sehat  menurut si A, tentu akan berbeda dengan cara berinternet sehat menurut si B, si C, si D dan yang lainnya. 

Kesimpulannya, setiap orang memiliki definisinya sendiri tentang bagaimana pengaplikasian berinternet yang sehat. Namun, meski definisinya berbeda, tapi sebenarnya  muaranya hanya satu,  tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Atau jelasnya dapat memanfaatkan secara optimal keberadaan internet.


Internet sehat bikin hebat

Internet, sehat dan hebat. Perpaduan tiga kata yang saling sejalan. Apalagi jika dilirik secara mendalam dua kata terakhir, sehat dan hebat. Wow..makna yang kooperatif.   Sehat merupakan indikasi akan suatu keadaan yang positip.  Hebat merupakan satu kata yang tak lain adalah “hasil” atau “akibat’ dari perbuatan yang postip juga. Dalam hal ini berinternet secara sehat. Pastinya, setelah kita berinternet secara sehat, maka kita akan mengerti arti “hebat” tadi. Kita dapat memetik hasil dari cara berinternet yang sehat ini.

Bingung?

Sederhananya, andaikata kita seorang blogger. Kita sungguh-sungguh memanfaatkan blog sebagai sarana untuk berbagi ide, pemikiran. Lambat laun, secara tidak langsung kita seakan membangun brand diri kita melalui tulisan-tulisan yang kita posting. Pembaca pun akan member komentar yang artinya komunikasi terjadi. Bila cara penyampaiannya ide kita positip, bermanfaat dan blog yang kita bangun benar-benar baik, bukan hanya sekedar untuk mendapat keuntungan. Maka dengan senang hati kita mengelola blog ini,  tanpa tekanan untuk manghasilkan tulisan-tulisan yang yang selalu search engine. Karena dibangun dengan rasa suka, perlahan namun pasti blog itu juga akan banyak  mendapat pengunjung, apalagi jika postingannya memang berisi hal-hal yang bermanfaat, plus si empunya blog juga rajin jalan-jalan ke blog tetangga, plus memberi komentar yang postip dan brilliant. Hanya saja, itu tadi butuh proses, tak mungkin instan. Yang namanya “hasil” akan diperoleh di akhir, setelah aktivitas itu dilakukan.

Maka internet sehat bikin hebat, adalah tema yang sangat cocok untuk menyuarakan agar semua pengguna dapat berinternet secara sehat. Apalagi saat ini banyak sekali penyalahgunaan dari internet yang multifungsi ini.  Jadi, Mari berinternet secara sehat, dan pastinya kita akan mendapatkan hasil yang baik pula. Internet sehat bikin hebat. Setuju!

*dituliskan untuk “Festival BLOG 2010”
               

READMORE - Internet Sehat Bikin Hebat

Monday, November 22, 2010

Kayu Ajaib

Pada zaman Bani Israel, ada seorang lelaki shalih yang hendak berdagang. Akan tetapi, dia tidak mempunyai modal. Akhirnya, lelaki itu meminjam uang kepada seorang saudagar yang dikenal pemurah. Dia meminta pinjaman sebesar seribu dinar.


Karena jumlahnya sangat banyak, saudagar yang dipinjami uang itu berkata, “Kau akan aku pinjami uang, tetapi carilah orang yang akan menjadi penjaminmu. Jika kau tidak bisa membayar, orang itu yang akan membayarnya!”


Lelaki shalih itu menjawab, “Cukuplah Allah sebagai penjaminku. Allah Mahakaya dan Mahakuasa!”
Saudagar itu lalu menukas,”Kalau begitu, carilah saksi. Agar jika terjadi apa-apa dia bisa menjadi saksi yang adil.”


Lelaki shalih itu menjawab. “Cukuplah Allah sebagai saksiku. Dia Maha Melihat dan Maha Mengetahui.”
“Kau benar.”


Lalu, saudagar itu meminjamkan uang seribu dinar setelah membuat kesepakatan bahwa tiga bulan kemudian uang itu harus sudah dikembalikan, karena uang itu akan digunakan.


 *       *        *

Lalu, lelaki shalih itu membelanjakan uang seribu dinar untuk membeli barang-barang dagangan. Dia hendak berdagang ke negeri seberang dengan menggunakan kapal. Setelah berlayar berhari-hari, kapal itu sampai di negeri seberang dengan selamat. Disana, dia mulai berdagang di sebuah pasar, dekat dermaga. Dalam waktu satu bulan, dagangannya telah habis. Dia mendapatkan keuntungan besar, yaitu tiga kali lipat dari modalnya.

Setelah berkemas, dia mencari kapal ke dermaga. Namun, dia tidak menemukan kapal yang berlayar ke negerinya. Kemudian, dia teringat pada janjinya yang akan mengembalikan uang itu pada awal bulan. Waktunya tinggal empat hari. Sedangkan untuk sampai ke negerinya, dia memerlukan waktu empat hari. Dia bingung, seharusnya, hari itu dia sudah mulai berlayar.

Lalu, dia terus berjalan sepanjang pantai untuk mencari nelayan yang bisa mengantarkannya pulang ke negerinya. Akan tetapi, dia tidak menemukannya. Dia menangis dan bingung. Dia tidak ingin mengkhianati janjinya.

Akhirnya, dalam kesedihannya, dia melihat sepotong kayu terapung di pinggir pantai. Dia mengambil kayu itu dan membawanya ke penginapannya.

Dia lalu pergi ke pasar untuk membeli alat pelubang kayu. Kayu itu dia lubanginya. Setelah itu dia menulis surat,
                Saudaraku, aku tulis surat ini empat hari sebelum jatuh tempo pembayaran uang yang aku pinjam seperti yang telah kita sepakati dulu. Aku tidak tahu apakah surat ini sampai kepadamu atau tidak. Aku sepenuhnya menyerahkan urusan ini kepada Allah yang menjadi penjaminku.
                Saat ini sebenarnya aku ingin berlayar pulang untuk mengantarkan uang ini. Namun, itu tidak bisa dilakukan karena tidak ada kapal yang berlayar. Kapal yang akan berlayar ke negeri kita adanya satu bulan lagi. Ini seribu dinar aku titipkan kepada Allah untuk disampaikan kepadamu melalui kayu ini.

           
                                                                                                             Wassalam,
                                                                                                            Sahabatmu
  
                                                                                                                                                                                                     
Lalu, dia memasukkan surat itu bersama uang seribu dirham. Surat dan uang itu dibungkusnya dengan kantong yang tidak tembus air. Setelah itu, dia menggergaji kayu untuk menyumpal lubang itu. Kemudian, dia memakunya kuat-kuat.

Setelah semuanya selesai, dia pergi ke pantai untuk menghanyutkan kayu itu.

Ketika menghanyutkan kayu itu, dia berdoa, “Ya Allah, Engkau tahu kalau aku meminjam uang seribu dinar kepada Fulan. Dia bertanya padaku orang yang bisa menjadi jaminanku, dan aku menjawabnya. ‘Cukup Allahlah yang menjadi penjaminku.’ Lalu, dia meminta saksi, aku katakan, ‘Cukup Allahlah yang menjadi saksiku.’ Dia pun ridha Kau sebagai penjamin dan saksiku. Dia telah meminjamiku seribu dinar untuk dikembalikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Aku berusaha sekuat tenaga untuk bisa pulang guna membayarkan hutang ini, tetapi tidak bisa karena tak ada kapal. Sekarang, aku titipkan uang seribu dinar ini kepada-Mu untuk Kau sampaikan kepadanya, tepat pada waktunya. Engkaulah Tuhan yang Mahakuasa. Amin.”

Lalu, dia menghanyutkan kayu itu ke laut. Dia hanya berdiri diam di tepi pantai, sampai kayu itu hilang ditelan ombak di tengah laut.

Pada hari yang telah dinantikan, saudagar yang memberi  pinjaman itu, menanti di dermaga. Dia menanti datangnya kapal yang akan membawa orang yang telah dia pinjami uang seribu dinar. Dia ingin mengambil uangnya karena ada keperluan.

Biasanya, kapal itu dating pagi hari. Namun, pagi itu tidak ada kapal yang dating. Dia tunggu samapi siang, juga tidak datang. Lalu, dia menunggu samapai sore. Namun, tidak ada juga kapal yang muncul. Dia pun pasrah jika seandainya uang itu tidak kembali. Seandainya uang itu tidak kembali, dia niatkan sebagai sedekah.

Sebelum pulang, dia melihat ada kayu terapung diterjang ombak di pantai. Daripada pulang tidak membawa hasil, dia memungut gelondongan kayu itu.

“Lumayan, bisa untuk kayu bakar di rumah,” pikirnya dalam hati.
Dia pun membawa kayu itu ke rumahnya. Sampai  di rumah, dia meletakkan kayu itu  di dapur.

Melihat kayu gelondongan itu, istrinya berkata, “Sebaiknya di pecah-pecah sekalian. Biar cepat kering dan besok bisa digunakan memasak.”

Lalu, saudagar itu mengambil kapak dan memecah kayu itu. Begitu kayu itu pecah, dia tercengang melihat kantong yang ada di dalamnya. Dia memungut kantong itu dan mengeluarkan isinya. Ternyata, kantong itu berisi uang sebanyak seribu dinar dan selembar surat.

Dia membaca surat itu dengan seksama. Dia terharu dan takjub. Seketika, dia menangis dan bersujud kepada Allah. Dia merasa, betapa maha kuasanya Allah. Allah tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang bertawakal dan percaya sepenuh hati kepada-Nya. Surat itu datang dari saudaranya. Dia pun berdoa semoga saudaranya yang masih tertinggal di negeri seberang sehat wal afi’at dan mendapat rezeki yang lancar.

Satu bulan kemudian, lelaki shalih yang meminjam uang itu datang. Dia langsung menemui saudagar yang dulu meminjamkan uang kepadanya. Pertama-tama, dia meminta maaf karena datang terlambat sehingga terlambat pula membayar hutang. Lalu, dia menyodorkan uang seribu dinar.

Saudagar itu berkata, “Bukankah kau telah membayarnya?”
“Kapan?”
“Bukankah kau telah menitipkannya lewat sepotong kayu?”

Lalu saudagar itu menceritakan perihal kayu yang dia temukan; yang di dalamnya ada uang seribu dinar.

Mendengar ceritanya, lelaki shalih itu seketika bertasbih, “Subhanallah, Mahasuci Allah!”

                                               
                                                                  
                                                                Diambil dari buku Ketika Cinta Berbuah                                         Surga, yang ditulis oleh Habiburrahman                                                                                             El Shirazy

READMORE - Kayu Ajaib