Mungkin itulah aroma kehidupan
yang tak selamanya nikmat untuk dicicipi. Namun, mau apa lagi?Mungkin dengan
rusaknya hatiku untuk sesaat, aku lebih bisa memaknai bagaimana rasanya emosi
seseorang ketika merasa “dikerdilkan”, bagaimana rasanya kesedihan mendera
sehingga membuat rona wajah yang indah menjadi muram durja.
Sejatinya, ketika hatiku berada
di tengah terjangan gelombang yang tak menyenangkan ini, ada dua pihak yang
sedang berperang saat itu. Dua oposisi yang misinya bertolak belakang. Akan
tetapi, bila salah satu oposisi ini berada di atas angin maka efeknya sangat
besar pada tindakanku. Ya..akibat peperangan dua kubu inilah maka pada akhirnya
kubu yang jatuh sebagai pemenanglah yang lebih dominan implementasinya pada
aktivitasku.
Dan….kubu itu adalah kubu
kebaikan dan kubu kejahatan. Suara kebaikan dan suara kejahatan. Siapakah yang
mewakili keduanya?siapakah cerminan keduanya?
Lazimnya telinga kita pasti
sering mendengar kedua kata ini; syaitan
dan malaikat. Malaikat mencerminkan suara kebaikan. Syaitan mewakili suara kejahatan. Atau jika diilustrasikan dengan
warna, si hitam dan si putih. Putih merujuk pada nilai kebaikan,suci, bersih
yang cocok ditujukan pada aktivitas kebaikan, yaitu malaikat. Sedang si hitam, tak ayal lagi lebih mendominasi hal-hal
yang buruk, negatif yang selalu menjadi aktivitas syaitan hingga akhir zaman. Tarik menarik di antara keduanya yang
akan berujung pada implementasi tindakan riil
ku.
Bukan rahasia umum, kalau hatiku
dan hati setiap manusia ini merupakan tempat, sumber dari segala hal. Hati yang
menggerakan seluruh anggota badan untuk bergerak melakukan tindakan yang
diinginkan. Rasulullah SAW bersabda :
Dalam
diri anak Adam itu ada segumpal daging. Bila baik daging itu baiklah seluruh anggota dan seluruh jasad. Bila
jahat dan busuk daging itu jahatlah seluruh jasad. Ketahuilah, itulah hati.
(Hadits Riwayat Al-Bukhari & Muslim)
Sekarang, untuk sesaat hatiku
sungguh-sungguh tak baik, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku harus segera
membersihkan hatiku ini. Meski memang
aku akui tak gampang, tapi aku harus berusaha. Jangan sampai kotoran “tak baik” ini
bertambah legam. Akan semakin baik, bila seseringmungkin aku membersihkan
hatiku. Tak hanya baik buat diriku, akan tetapi juga orang-orang yang ada
disekitarku. Wallahualam.
salam sobat
ReplyDeletesalut mba, menyadari untuk membersihkan hati yg sedang tidak baik.
trims visitnya ke S.A
saya senang mba dapat sahabat lagi.
mari kita jaga hati agar selalu bersih,, jangan sampai hati dikendalikan oleh 'penyakit hati' atau kotoran tak baik.
ReplyDeleteNura :salam jg bwt mbk, saya juga senang kok:)
ReplyDeleteIya, tp memang tak gampang untuk melakukannya mbk....
Dwi : insyaallah..
membersihkan hati itu perbuatan yang sangat mulia sekali, Mba....mantabs...
ReplyDelete^_^
ReplyDeletesemoga hati semakin memutih....salam.
ReplyDeletesemoga hati semakin memutih...
ReplyDeleteamiin..eh btw, kok link nya tak ditemukan pas diklik?
ReplyDeletesalam sobat
ReplyDeleteberkunjung kembali dari S.A
baca aku dan hatiku.
makasih mbk..
ReplyDeletesalam juga dari indonesia
jagalah hati jangan kau nodai ^_^
ReplyDeletenice artikel ne sobta..slam kenal aja
ReplyDeleteMushthofa : ^_^
ReplyDeleteRodes : makasih.., salam kenal jg
sayidina ali berkata: al imanu yazidu wa yankus..
ReplyDeletesesungguhnya iman itu bertambah dan berrkurang
tugas manusia adalah menjaga hati
semoga kita selalu istikomah dalam kebaikan
salam sukses
sedj
Amiiin...
ReplyDelete