Thursday, December 30, 2010

Ikhlas; Salah Satu Kunci Menjalani Hidup

Hidup memang tak selalu diisi dengan keceriaan. Air mata akan selalu menjadi bagian dari umat ciptaan Ilahi. Pada saat kita diuji dengan tangisan, mungkin di seberang sana sahabat kita justru tengah riuh dengan gelak tawa. Namun, apa yang terjadi beberapa waktu kemudian?

Ya, kita pun mendapat giliran untuk turut menikmati tertawa itu. Menikmati betapa bahagianya menjalani hidup setelah begitu banyak airmata yang terkuras.

Sebaliknya sahabat kita yang tertawa di ujung sana, saat ini sedang berusaha bersabar, menghadapi ujian berupa musibah dari Sang Maha Empunya diri tersebut. Tak ada lagi tawa riang yang waktu itu selalu mengisi hari-harinya. Yang terlalu ditonjolkan adalah wajah yang muram durja.

Begitulah, alur hidup manusia. Semua secara bergiliran menghampiri diri kita. Kadang, kita diuji dengan kenikmatan, kadang diuji dengan musibah. Keduanya tak akan kekal menghampiri setiap anak adam. Apa makna tersirat dari peristiwa tersebut?hanya mereka yang memiliki keimanan yang tangguh yang dapat bersabar  meniti kehidupan di dunia ini. Mereka yang  yakin bahwa Sang Pencipta selalu ada dalam setiap langkah hidup-Nya.

Pasti telinga kita tak akan asing dengan kalimat , “roda ini berputar, kadang di atas, kadang di bawah
Dalam Alquran surat Albaqarah:155-156, dituliskan:
           
           “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, Innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.


Dalam pemikiranku, ikhlas merupakan salah satu kunci agar kita dapat menjalani hidup ini dengan sempurna, meski diterpa dengan musibah yang menguras tangis airmata. Tak ada kata yang lebih bijak daripada ikhlas. Ikhlas, ikhlas dan ikhlas. Mudah memang mengucapkannya, namun mengaplikasikannya dalam tiap diri tak semudah membalikkan telapak tangan. Tak segampang ketika kita menggerakkan bibir kita sehingga terdengar kata ;“harus ikhlas !”

Tapi, meski kita mati-matian tak ingin “ikhlas” dengan keadaan itu, toh keadaan yang telah menyapa kita itu tak akan bisa berubah. Masihkah kita tak ingin “ikhlas” dengan kondisi tak menyenangkan itu?

Jawabannya tentu ada pada setiap diri. Semua pilihan ada di tangan kita sendiri. Life must go on, friends:).Hidup harus terus berjalan, sobat!

Tulisan ini tiba-tiba saja bersarang di otakku, entah mungkin karena syaraf-syaraf otakku terinspirasi dari beberapa cerita yang mengharukan dari aktivitas blogwalkingku. Makanya, sebelum ide itu berhembus tanpa meninggalkan jejak sedikitpun, aku segera mempatenkannya melalui tulisan sederhana ini. Semoga banyak hikmah (khususnya untuk diriku sendiri) yang dapat  dipetik :)
READMORE - Ikhlas; Salah Satu Kunci Menjalani Hidup

Monday, December 27, 2010

Persahabatan; putus?

Kenapa Persahabatan bisa putus?
Karena kadang kita sama-sama berpikir :
“ah..Mungkin dia lagi sibuk…”
Akhirnya gak jadi sms
Terkadang, kita berpikir takut ngeganggu…
Lama-kelamaan..
Jadi cuek..
Akhirnya muncul pemikiran :
Ngapain sih gua yang hubungi dia duluan??
Kalau sudah begini, cinta kasih dalam persahabatan sudah berkurang?
Alhasil tidak ada lagi hubungan…
Semuanya jadi lupa,
Komunikasi sangatlah penting dalam hubungan dengan teman, keluarga maupun Allah..
Biar kita selalu dekat dengan semua..
Itulah jadi alasanku, kenapa aku mengirimkan message ini
Itu tandanya, aku gak pernah lupa sama SAHABAT

                                                                                         Sumber : dari sms teman


Setelah dibaca berulang-ulang dan diresapi maknanya, sepenggal pesan di atas memang benar adanya. Ketika tiap dari diri kita lulus dari satu sekolah kemudian melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka secara otomatis intensitas silaturahmi kita pada sahabat terdahulu menjadi berkurang. Kesibukan aktivitas di tempat yang baru, suasana yang baru, lingkungan serta wajah-wajah yang baru membuat kita perlahan-lahan melupakan sahabat terdahulu kita. Wajar memang. Ditambah komunikasi sekedar “say hi” pun jarang kita lakukan. Bisa jadi alasan yang terjabar di atas menjadi salah satunya penyebabnya.


Padahal, kalau dipikir-pikir sekarang ini kan dunia begitu maju, teknologi juga semakin mutakhir. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menyambung kembali silaturahmi yang nyaris putus tersebut. Tapi, entahlah..apa kesibukan yang sedemikiannya, ditambah lagi dengan pola pikir yang kurang lebih sama  pada tulisan di atas?Mungkin saja.., tiap individu pasti punya alasannya sendiri, bukan?
READMORE - Persahabatan; putus?

Thursday, December 23, 2010

Aku dan Hatiku

Susah sekali menjaga hati ini. Hati ini ibarat bunglon yang beruba-ubah. Ya, sejujurnya hatiku juga demikian. Kadang hati ini indah, bahagia penuh dengan cahaya, prasangka positip, akan tetapi ketika gelombang kehidupan menghantam, sebagai manusia yang penuh dengan kelemahan dan keterbatasan, hatiku pun ikut terguncang oleh gelombang tersebut.

Mungkin itulah aroma kehidupan yang tak selamanya nikmat untuk dicicipi. Namun, mau apa lagi?Mungkin dengan rusaknya hatiku untuk sesaat, aku lebih bisa memaknai bagaimana rasanya emosi seseorang ketika merasa “dikerdilkan”, bagaimana rasanya kesedihan mendera sehingga membuat rona wajah yang indah menjadi muram durja.

Sejatinya, ketika hatiku berada di tengah terjangan gelombang yang tak menyenangkan ini, ada dua pihak yang sedang berperang saat itu. Dua oposisi yang misinya bertolak belakang. Akan tetapi, bila salah satu oposisi ini berada di atas angin maka efeknya sangat besar pada tindakanku. Ya..akibat peperangan dua kubu inilah maka pada akhirnya kubu yang jatuh sebagai pemenanglah yang lebih dominan implementasinya pada aktivitasku.

Dan….kubu itu adalah kubu kebaikan dan kubu kejahatan. Suara kebaikan dan suara kejahatan. Siapakah yang mewakili keduanya?siapakah cerminan keduanya?

Lazimnya telinga kita pasti sering mendengar kedua kata ini; syaitan dan malaikat. Malaikat mencerminkan suara kebaikan. Syaitan mewakili suara kejahatan. Atau jika diilustrasikan dengan warna, si hitam dan si putih. Putih merujuk pada nilai kebaikan,suci, bersih yang cocok ditujukan pada aktivitas kebaikan, yaitu malaikat. Sedang si hitam, tak ayal lagi lebih mendominasi hal-hal yang buruk, negatif yang selalu menjadi aktivitas syaitan hingga akhir zaman. Tarik menarik di antara keduanya yang akan berujung pada implementasi tindakan riil ku.

Bukan rahasia umum, kalau hatiku dan hati setiap manusia ini merupakan tempat, sumber dari segala hal. Hati yang menggerakan seluruh anggota badan untuk bergerak melakukan tindakan yang diinginkan. Rasulullah SAW bersabda : 

    Dalam diri anak Adam itu ada segumpal daging. Bila baik daging itu baiklah seluruh    anggota dan seluruh jasad. Bila jahat dan busuk daging itu jahatlah seluruh jasad.     Ketahuilah, itulah hati.
                                                                             (Hadits Riwayat Al-Bukhari & Muslim)

Sekarang, untuk sesaat hatiku sungguh-sungguh tak baik, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku harus segera membersihkan hatiku ini.  Meski memang aku akui tak gampang, tapi aku harus berusaha. Jangan sampai kotoran “tak baik” ini bertambah legam. Akan semakin baik, bila seseringmungkin aku membersihkan hatiku. Tak hanya baik buat diriku, akan tetapi juga orang-orang yang ada disekitarku. Wallahualam.

READMORE - Aku dan Hatiku

Monday, December 20, 2010

Susah-susah gampang.

Menulis itu susah susah gampang. Dibilang susah karena rasanya mencari yang namanya ‘ide” itu sulit sekali. Terkadang udah di depan computer atau di atas kertas dan di ujung pena berjam-jam, namun ide belum keluar juga. Coret sana, coret sini belum juga ada yang pas. Dibilang gampang, terkadang ketika kita menghadapi kejadian yang dahsyat, baik itu yang tiba-tiba mengenakkan hati atau menyedihkan hati, kita seakan timbul ide meluap-luap untuk segera ditumpahkan. Rasa kesalkah atau bahagiakah, seperti ketika kita melampiaskannya dengan kata-kata, begitu mudah mengalir.

Sama halnya, ketika ada seminar. Awalnya, setelah mendengarkan seminar tersebut, atau membaca makalah singkat yang diberikan oleh sang pembicara. Otak kita belum terlalu konek, apalagi jika seminarnya rada panjang plus makalahnya juga agak panjang, rasanya agak malas untuk bertanya (ups..masalahnya malas membacanya). Tetapi, ketika ada seseorang bertanya kemudian dijawab oleh pembicara. Api bertanya mulai tersulut. Biasanya, tanya jawab ini mulai menarik untuk diikuti. Satu per satu sanggahan, kesetujuan atau input atas pertanyaan mulai berkembang. Hasilnya…ya suasana mulai hidup. Seminar berlalu tanpa disadari. Satu jam berlalu, dua jam terlewati dan terkadang waktunya terus molor sesuai dengan yang dijadwalkan. Kalau sudah begini, rasanya tak terasa lagi waktu itu. Nah, biasanya suatu seminar itu selalu ada jadwal pasnya. Pasti bakal keki berat bila ditengah titik peperangan pendapat, tiba-tiba seminar harus ditutup. Ya… Tapi, jangan khawatir, sang moderator selalu mencoba menyimpulkan bahasan yang telah berlalu.

Nah, begitulah aktivitas menulis. Pas awalnya, agak sulit, tapi setelah kita menulis terus apa yang kita rasa, mengalir begitu adanya. Pasti, di hati kita tiba-tiba timbul pertanyaan yang membantu tulisan kita, Satu demi satu pertanyaan yang ada di pikiran kita terbayang, ada jawabannya, sehingga menambah bahan untuk menulis. Satu halaman, terus lanjut ke halaman berikutnya, terusss… dan akhirnya tak terasa jadi full tiga lembar halaman HVS.

Begitu otak dan jari kita merasa full, dan semuanya stop. Baru kita baca lagi dari awal, sampai akhir. Biasanya ketika membaca ini, banyak revisi yang kita lakukan, mulai dari misstype (kalau kita langsung mengetik pake komputer, kesalahan pengetikan lumrah terjadiJ), susunan kata yang dirasa kurang pas, atau bahkan susunan paragraph yang dipikir agak terbalik letaknya. Nah, mulailah kita merapikannya, membacanya berulang-ulang sampai semuanya kita pikir “Klop”.

Tapi, ketika kita minta orang lain membacanya, mereka pasti punya pendapat yang lain, apalagi jika orang yang kita mintai tolong itu wawasannya cukup luas. Wah…gak ketulungan kritiknyaJ. Tapi, jangan buru-buru bertekuk wajah kita. Dengarin dulu ide mereka, siapa tau bisa jadi ide untuk tulisan berikutnya. Maksudnya?Ya, ide di kepala sahabat kita itu bisa jadi ide untuk topik yang lain. Bukan tidak mungkin kan?jadi kira-kira idenya ada dua. Bener gak?pengalamanku sih suka begitu. Niatnya Cuma minta dikoreksi tulisan kita, eh malah diotakku jadi ide lagi buat tulisan lainnya.

Jadi, berbagi ke orang lain bisa jadi bank ide juga buat tulisan:)



READMORE - Susah-susah gampang.

Wednesday, December 15, 2010

Hikmah dibalik salah satu kejadian hidupku

Waktu itu selalu bergerak maju, berputar hingga genap satu hari. Hari demi hari pun berlalu tak terasa telah menggenapi satu bulan. Bulan demi bulan juga terus berganti dan sekarang telah memasuki bulan desember, bulan paling akhir di tahun 2010. Sejatinya banyak hal yang berubah pada tiap individu.

Secara jujur, aku akui bahwa di tahun ini bukan hanya usiaku yang di dunia ini bertambah, melainkan pengalaman hidupku juga bertambah. Banyak kejadian yang hikmahnya hanya aku yang dapat menyimpulkannya. Ya jelas ya?kan yang mengalaminya diriku sendiri:)

Namun, sayangnya pengalaman hidup itu tak mungkin diketahui orang lain, kecuali jika aku secara personal membaginya. Walaupun begitu, aku yakin tiap orang juga seperti diriku memiliki beraneka pengalaman di sepanjang tahun 2010 ini, baik itu suka maupun duka. Sejatinya, diri kitalah yang dapat dengan arif menarik pesan tersirat dari semua peristiwa yang telah berlalu itu.

Hidup itu akan berarti dan bermakna jika kita sendiri yang memaknainya. Maksudnya, tiap orang pasti menemui kejadian yang berbeda, sebenarnya kejadian itu memiliki pesan yang tersimpan jika saja “yang mengalami kejadian itu” dapat memaknainya.

Aku pribadi berusaha memutar otakku, merenungkan kejadian yang telah berlalu dan hal-hal yang kulakukan di sepanjang tahun 2010 ini. Sekarang renunganku berfokus pada hobi yang kumiliki. Aku itu orangnya suka sekali membaca. Semua buku yang bermanfaat, baik itu cerpen, novel, literature atau buku-buku yang menginspirasi setiap pembaca pasti memiliki daya tarik tersendiri di hatiku.

Makanya tak heran kalau koleksi bukuku itu lumayan banyak. Namun, sekarang  pikiranku tertuju pada koleksi buku yang kumiliki. Entah kenapa, tiba-tiba perhatianku tertuju pada tumpukan buku di kamarku. Hatiku lalu tergerak untuk mengamatinya. Setelah aku perhatikan, ternyata koleksi buku bacaanku bertambah pesat, yaitu sebanyak 9 buah buku. Aku bisa memastikan bahwa kesembilan buku tersebut aku koleksi disepanjang tahun 2010 ini. Mengapa aku bisa berkata demikian? Jawabnya sederhana, karena suatu kebiasaan yang  selalu aku lakukan jika membeli suatu buku ialah selalu menyampulnya dan tak lupa memberikan identitasku yang berupa tandatangan sekaligus tanggal dibelinya buku tersebut. Maka, sangat mudah bagiku untuk mengenali kapan tepatnya sebuah buku milikku itu dibeli.

Setelah aku kalkulasikan, anggaran yang telah kuhabiskan untuk kesembilan buku itu sangat fantastis. Sesaat, aku baru tersadarkan bahwa aku memiliki sifat yang tak bisa mengendalikan diri jika berhadapan yang namanya buku.

Aku bisa menyimpulkan seperti itu karena setelah kuingat-kuingat,  saat membeli ke sembilan buku tersebut, sama sekali tak terencana sebelumnya. Telah menjadi kebiasaanku ketika berjalan ke suatu mall atau department store, aku selalu menyempatkan diri ke toko buku, meski hanya sekedar membaca. Dari awal memasuki toko buku sebenarnya  tak terpikir untuk membeli buku, niatnya hanya sekedar mambaca. Namun sepertinya, aku tak dapat mengendalikan hasratku untuk tak memboyong buku tersebut jika aku telah terlanjur tertarik dengan isinya, makanya jadilah buku itu berpindah ke rumahku.

Selain tak dapat mengendalikan diri untuk membeli buku yang menurutku kontennya menarik, ternyata bila aku analisis, aku juga terlalu berlebihan membawa uang ketika ingin jalan ke mall atau pusat perbelanjaan. Akibatnya ya banyak barang tak terduga yang aku beli, contohnya seperti buku tadi. Sebenarnya, meski aku tertarik sama isi buku itu, dan ingin sekali memilikinya, tak akan pernah secara setengah sadar aku membelinya bila uangku tak cukup untuk membelinya. Tetapi, karena aku selalu membawa uang yang agak lebih ketika akan pergi jalan, makanya aku seakan mengulangi hal yang sama berturut-turut. Mengapa aku katakan kesalahan yang sama?karena kesembilan buku  tersebut aku beli tanpa perencanaan sebelumnya.

Aku bukannya menyesal telah membeli buku itu, bagiku jika sesuatu itu telah terjadi, jangan disesali. Penyesalan hanya akan membuat otakku bertambah penat, ujung-ujungnya aku sendiri dicekam rasa yang tak mengenakkan. Aku juga yang ruginya. Ya..diikhlaskan saja, toh semua telah terjadi. Hanya saja, aku mencoba mengoreksi hal yang kurang baik ini sehingga ini dapat menjadi kaca bagiku di kemudian hari, yaitu berpikir sebelum bertindak.

Meski demikian, aku tetap mendapat manfaat positip dari kesembilan buku itu. Mau tahu?

Jawabnya sederhana, dengan bertambahnya koleksi bukuku, artinya wawasanku juga bertambah. Membaca itu adalah gudang ilmu. Dengan banyak membaca maka akan semakin banyak juga pengetahuanku, apalagi buku-buku yang aku beli itu memang buku yang bermanfaat.

Tapi, sekarang kan dunianya internet. Buat apa buang-buang uang untuk membeli buku?

Iya memang benar, sekarang informasi dapat diakses tanpa batas melalui internet. Namun, memiliki buku bacaan secara personal itu memiliki nilai plus sendiri. Contohnya, jika kita ingin menulis makalah, atau tulisan yang membutuhkan argumen yang kuat untuk mendukung pendapat yang kita utarakan, maka  akan lebih baik jika kita memiliki bukunya sendiri, sehingga jelas sumbernya jika nanti dipertanyakan.

Aku juga bersyukur melalui salah satu buku yang aku beli  secara tak terduga ini, aku jadi mengerti cara membuat blog. Hasilnya ya lihat saja blog sederhanaku ini; . http://wits-inilahhidup.blogspot.com/.  Blog ini aku bangun setelah membaca buku yang menjelaskan cukup detail cara membuat blogspot dan seluk beluknya. Aku belajar sambil mempraktekkan sendiri secara mandiri. Memang blogku masih cukup natural, tapi bagiku bukan masalah, yang penting aku bisa membagi apa yang telah aku tulis buat orang lain.

Dan, aku tak tahu apakah secara kebetulan  atau bagaimana, belum lama aktif di dunia blogging, tiba-tiba pihak buzzcity tertarik dengan postingan yang aku buat, dan menawarkan kerjasama denganku. Tanpa aku ketahui sebelumnya, pihak buzzcity telah membuatkan  situs mobile untuk blog aku ini, aku baru mengetahuinya setelah membaca komentar mobilizer pada postinganku yang berjudul “waktu”. Sepenuhnya aku katakan,  aku jadi senang bila ada respon yang positip begini. Aku jadi lebih termotivasi  untuk memposting tulisan yang jauh lebih baik dari yang telah ada. Seakan ada suntikan segar dari luar sana. Dan lagi bagiku, menulis itu juga salah satu obat mengurangi stress. Dengan menulis, aku mencoba membagi ide di otakku yang masih belum terangkai dengan jelas menjadi rangkaian paragraf yang tertulis secara berurutan sehingga dapat diambil sarinya oleh pembaca. Jadi, aku seakan bercerita, tapi media penyalurannya berupa tulisan bukan kata-kata layaknya orang sedang curhat.

Memang benar ada ungkapan bijak yang mengatakan bahwa kejadiannya itu tak penting, tetapi bagaimana cara kita menyikapi kejadian tersebut. Sama kasusnya dengan apa yang aku paparkan pada tulisanku ini, meski kejadiannya tak terduga sebelumnya, namun banyak hikmah yang aku petik.

Ya, begitulah,.. merenungkan dan mengevaluasi kejadian yang telah berlalu itu perlu dilakukan oleh setiap individu agar kehidupannya di masa mendatang jauh lebih baik. Siapa lagi yang akan membenahi diri kita,  kalau bukan diri kita sendiri. Semakin bijak kita menyikapi kejadian yang telah berlalu, maka insyaallah kita juga akan menjadi manusia yang lebih bijak.

Sebenarnya banyak hal dari diriku yang perlu dibenahi, namun pada tulisanku ini, aku lebih memfokuskan pada tindakan belanja yang tak terduga ini, khususnya di sepanjang tahun 2010. Semoga apa yang aku tulis ini dapat dipetik sisi positipnya.


*Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.
READMORE - Hikmah dibalik salah satu kejadian hidupku

Monday, December 13, 2010

Hal Kecil

Kadang hal-hal kecil mampu merubah segalanya”. Pernah mendengar kalimat ini?Kalau tak salah ingat ya, saya pernah dengar slogan ini dari salah satu iklan di televisi.

Setelah dipikir-pikir ternyata benar juga. Hal-hal kecil ternyata mampu merubah segalanya. Contohnya dulu, sewaktu masih di bangku sekolah. Ada guru fisika yang killer banget. Kalau “Si bapak killer” sudah ngajar, fuih… tak ada murid yang dengan leluasa beraktivitas, bahkan untuk sekedar mengalihkan pandanganpun rasanya perlu berulangkali mikir, saking takutnya sama si bapak killer.

Anehnya, si bapak killer sama sekali tak sadar. Beliau kekeh, komit sama metode pengajarannya yang persis seperti militer yang penuh dengan  aturan. Pokoknya tegang sekali.

Murid-murid pastinya tak merasa nyaman, mereka tak dapat rileks menangkap pelajaran yang disampaikan beliau. Bila murid bertanya sesuatu mengenai materi yang beliau sampaikan, maka ini akan menjadi bencana kecil karena si bapak killer akan langsung balik bertanya. Sebenarnya baik, karena dengan demikian akan terjadi interaksi. Metodenya menjadi interaktif. Tapi…yang menjadi masalah adalah “image” si bapak yang terlanjur dipatrikan killer di benak semua murid maka mereka jadi takut. Boro-boro terpikir untuk menjawab pertanyaan balik si bapak killer, yang ada detak jantung semakin menjadi-jadi. Kalau sudah begini kejadiannya, bagaimana murid dapat berpikir jernih?bercabang sih iya karena rasa takut tadi.

Situasi ini terus berlanjut hingga ketika si bapak killer ulang tahun. Seisi kelas berencana untuk memberikan kado sebagai ucapan selamat di hari jadi beliau.  

Tepat pada saat jam pelajaran beliau…

Seperti biasa suasana jantung semua murid dag dig dug; perasaan cemas mulai menyelimuti. Biasa si bapak killer akan memulai aksinya di depan kelas. Si bapak killer mengeluarkan buku panduan yang lumrah beliau pakai, mengambil kapur dan menulis rumus-rumus fisika.

Sementara dibarisan bangku paling belakang, sang creator dari ide (sssst…., seisi kelas mau ngasih kado nih:)) ini mulai beraksi. Rembukan dengan beberapa teman sedang terjadi. Suasana mulai ramai, sedikit gaduh.

Si bapak killer yang mulai menyadari keributan ini berespon. Beliau langsung berbalik dan..

“Kau”, kata beliau seraya menyerahkan kapur kepada seorang murid perempuan yang bernama Asih, yang duduk tepat di hadapan kursi beliau. “Lanjutkan turunan rumus itu!”, sambung beliau seakan memerintah.

Asih cukup kaget. Dia hanya bengong. Rasa bingung bercampur takut menyelimuti hatinya. Dia tak beranjak sedikitpun.

Si bapak killer langsung beraksi. “Ah, lambat kali Kau”, kata beliau dengan logat khas sumateranya.

“Sudah, sekarang Kau”, kata beliau beralih ke murid disebelah Asih yang bernama Ranti.

Di barisan paling belakang,   suara berbisik-bisik tadi masih jelas terdengar. Si bapak killer melotot dan tanpa diduga, seorang murid bernama Arya memberanikan diri berjalan menuju beliau. Di  tangan Arya terlihat bungkusan kado. Jantung Arya terus berdetak, detaknya malah tak teratur persis seperti atlet sprint telah selesai berlari. Meski demikian, Arya terus berjalan mendekati posisi si bapak killer.

“ini dari kita semua, Pak”, Arya membuka suaranya pelan dan menyerahkan kado yang sedari tadi di tangannya. “Ssse  lamat uuulanng tta..hun, Pak”, lanjut Arya dengan suara yang terdengar setengah terbata. (entah kenapa, tiba-tiba suara Arya jadi gemetar..)

Entah tertegun atau apa, si bapak killer hanya diam. Arya kemudian meletakan kado tersebut di meja beliau dan langsung meraih tangan beliau dan menciumnya. Aksi Arya ini lalu diikuti oleh seisi kelas. Satu per satu, murid-muri mencium punggung tangan si bapak killer diiringi ucapan selamat.

Si bapak killer masih terdiam tanpa sepatah katapun namun sepertinya beliau tak keberatan mendapat perlakuan dari murid-murid seisi kelas, tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Mungkin terharu. Dan, sepertinya, beliau tak ingat lagi kalau barusan  meminta Ranti untuk menyelesaikan turunan rumus fisika yang beliau tulis  di papan tulis.

Seminggu telah berlalu sejak kejadian itu..

Memang tak ada ucapan terimakasih secara riil keluar dari mulut si bapak killer, tetapi ada yang berbeda dari beliau pada saat mengajar. Beliau jadi sedikit mau bercerita. Ternyata ceritanya juga cukup mengundang  gelak tawa. Di akhir ceritanya juga beliau tertawa. Seisi kelas seakan tak percaya. Wah..ternyata si bapak killer bisa juga membuat lelucon, trus ditambah ketawa kecil lagi. Surprise melihat ini. Dulu sih boro-boro tertawa,  senyumpun hampir tak pernah, sepertinya mahal sekali harga senyum si bapak killer.

Namun demikian sedikit perhatian dari seisi kelas membuat beliau jadi berubah. Tak hanya perawakan beliau yang terlihat friendly, tetapi cara beliau mengajar juga jauh lebih enjoy dibanding dulu. Yang pasti tak sekiller dulu, ups..jadi pengen berubah manggil beliau si bapak friendly:).

 Hehe…kenangan zaman sma dulu. Sobat pernah punya guru killer seperti ini?

READMORE - Hal Kecil

Monday, December 6, 2010

Gadis

Dikisahkan ada seorang gadis berparas manis, cerdas namun tak sombong dengan kecerdasan itu. Sang gadis juga terlahir di keluarga yang cukup baik dari sisi pendidikan maupun finansial. Jika melihat latar belakang sang gadis, orang-orang berpikir bahwa hidup sang gadis begitu sempurna, seperti tak ada yang bermasalah pada dirinya. Tak ada alasan yang dapat membuatnya bersedih hati.

Namun, itu kan keadaan yang secara kasat mata terlihat demikian, akan tetapi siapa yang tahu batin sang gadis? Penampakan dari luar yang terlihat begitu bahagia, ternyata tak sedemikian adanya. Allah yang Maha Kuasa akan segala sesuatu, mengujinya dengan penyakit. Tubuhnya lemah sekali, dan akan mudah sekali terkena penyakit. Fisiknya sangat lemah.

Sang gadis sepenuhnya menyadari bahwa dirinya milik Sang Pencipta. Mungkin ini keadaan yang terbaik dari-Nya. Meski demikian, sebagai manusia biasa yang lemah dan tak luput dari kekhilafan, dia ingin sekali memperoleh kesehatan sama seperti manusia pada umumnya. 

Jauh, di lubuk hatinya, dia ingiiin sekali memperoleh kesehatan, yang selalu didamba setiap insan. Bahkan pernah, terlintas di pikirannya, andai saja ia dapat memilih. Dia ingin sekali, turun di keluarga yang biasa-biasa saja, tetapi memiliki tubuh yang full sehat.

Sebagai manusia yang memiliki keinginan. Nuraninya, tentu menginginkan kesenangan, kebahagiaann layaknya manusia pada umumnya. Manusia mana yang mau mendapat hal yang tidak menyenangkan seperti ini?pastinya tak ada bukan? 

Walaupun demikian, sebagai muslimah, yang yakin akan adanya Zat yang Maha Pencipta, sang gadis sadar. Dia tak boleh “murka” seperti itu. Sebagai hamba, sang gadis harus bersyukur dengan segala kelebihan yang Allah titipkan.

Bukankah diri sang gadis adalah milik-Nya?Bukankah tak ada yang dapat menolak takdir-Nya?Hanya  dengan doa semuanya dapat berubah, insyaallah…

Tanpa pernah putus asa, tiap akhir sholatnya, sang gadis selalu berlinangan airmata, berdoa, memohon agar Allah mau mengabulkan doanya. 

Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang ingin menjadikannya teman seumur hidup. Alangkah senangnya hati sang gadis. Tapi, ketika dia mengingat keadaan fisiknya, dia seakan dibayang-bayangi rasa takut. Tiba-tiba, hatinya menjadi bimbang, seakan dirinya tak pantas untuk sang lelaki. Dia merasa bukan apa-apa, meski secara kasat mata orang melihatnya begitu banyak kelebihan.

Berat hatinya mengambil keputusan ini, namun rasa takutnya melebihi keinginannya untuk menerima niatan sang lelaki. Akhirnya, bisa ditebak, penolakanlah yang sang gadis lakukan. Dia sadar dengan apa yang telah ia putuskan, bukan tidak mungkin pihak keluarga lelaki tersebut bakal menuduhnya negatif. Dan, dugaan sang gadis memang benar, ucapan dari pihak keluarga lelaki begitu menusuk.

Sejujurnya, batin sang gadis menjerit, sedih bukan kepalang. Di satu sisi, dia terpaksa “menolak”, suatu tindakan yang bertentangan dengan hati nuraninya, dan belum kering benar airmatanya, sang gadis mendapat ucapan yang begitu menyakitkan. Pastinya , hanya Allah yang Tahu, bagaimana hatinya berkecamuk saat itu.

Mendapat perlakuan yang sedemikiannya, sang gadis ikhlas. Sang gadis, mengerti sekali mengapa tindakan keluarga lelaki demikian buruknya pada dirinya. Hanya Allah, yang Maha Tahu mengapa dirinya mengambil keputusan demikian. Keputusan yang tak hanya menyakiti perasaan keluarga sang lelaki, akan tetapi juga menyakiti hatinya.

Sang gadis butuh waktu untuk memastikan bahwa lelaki yang kelak akan menemaninya menjalani hidup ini adalah lelaki yang mau menerima keterbatasannya. Tak hanya melihat dirinya yang secara kasat mata begitu sempurna.

Kira-kira masih adakah lelaki yang seperti itu?wallahualam..

Ya…, terkadang kita merasa bahwa orang lain lebih bahagia, sempurna dari diri kita. Bisa saja, pada saat yang sama orang lain justru memandang bahwa diri kitalah yang paling bahagia. Ada peribahasa yang mengatakan bahwa “rumput tetangga itu memang jauh lebih hijau”. Bersyukur adalah hal yang terbaik dalam menjalani kehidupan. Kita dari DIA dan akan kembali kepada-Nya.Wallahualam
READMORE - Gadis