Thursday, January 27, 2011

Eceng Gondok

Siapa yang tak kenal eceng gondok?Gulma yang satu ini keberadaannya sangat mengganggu, karena dapat menyebabkan pendangkalan perairan. Selain itu, keberadaan eceng gondok juga mengurangi nilai estetika perairan dan dapat menghambat lalu lintas perairan. 



Kehadirannya yang tak diharapkan ternyata bertolakbelakang dengan perkembangbiakan vegetative yang dimilikinya, dimana satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu menghasilkan tanaman baru seluas 1 m2. Bayangkan, bagaimana cepatnya perkembangbiakan gulma satu ini!Maka, wajar bila keberadaannya sangat mengganggu.

Di lain pihak, meski keberadaannya dipandang sangat mengganggu, justru banyak membawa barokah bagi penduduk sekitar perairan tempat eceng gondok tumbuh secara liar ini. Berdasarkan survey penulis, banyak warga  yang perairannya ditumbuhi eceng gondok, mengais rezeki dengan mengumpulkan eceng gondok untuk dijual ke tempat-tempat usaha kerajinan yang berbahanbaku eceng gondok.

Ya, eceng gondok, si gulma pengganggu perairan ini belakangan banyak dilirik oleh orang-orang kreatif untuk diolah menjadi kerajinan seperti, tas, pigura bahkan furniture. Ternyata gulma yang sungguh mengganggu ini menjadi sumber rezeki beberapa kalangan, mulai dari pihak pengumpul sampai pengrajin eceng gondok.

Hal ini lumrah saja, mengingat ada orang kreatif yang mengubah gulma menjadi produk yang bernilai jual serupa kerajinan sehingga dapat dijadikan sebagai sumber rezeki. Hal yang biasa bukan?

Namun sungguh luar biasa (menurut pemikiran penulis khususnya) ketika mengetahui berita dari stasiun televisi bahwa di Cilincing, Jakarta Utara, ada warga miskin ibukota yang memanfaatkan eceng gondok sebagai lauk untuk makan. Tingginya harga sembako terpaksa membuat keluarga miskin ini mengolah eceng gondok menjadi sayur sebagai teman menyantap nasi putih. Kira-kira apa ya rasanya??

Inilah potret kehidupan (maaf) Negeri Para Bedebah. Ya, Negeri Para Bedebah, satu kalimat yang terangkum pada puisi yang sering penulis dengar di televisi beberapa waktu belakangan.

Akan tetapi, mau apa lagi?Pertanian yang merupakan basis dari negeri yang katanya AGRARIS ini sangat diabaikan. Walhasil, harga sembako meroket. Padahal, jika saja pertanian digalakkan pasti akan banyak pihak yang dimakmurkan, mulai dari petani, orang-orang yang berkecimpung di bidang pertanian pada umumnya sampai kehidupan rakyat secara menyeluruh di negeri ini. Kata “kemakmuran” pasti menjadi hasilnya. Namun, apa mau dikata, sepertinya menaikkan harga sembako dan import produk pangan yang mulai dirasa langka seakan menjadi pilihan bagi para elite negeri ini.

Sarjana Pertanian yang merupakan produk dari universitas bahkan tak banyak yang dapat mengaplikasikan ilmunya pada bidang yang serupa. Ironi memang, di saat banyaknya tenaga professional di bidang pertanian,  namun justru bidang tersebut tak menarik perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Selalu “industry” yang menjadi pilihan dan selalu “rakyat” yang dikorbankan. Lalu, akan kemana rakyat miskin mengadu?


*Maaf, bila ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini
*Gambar diambil dari google


23 comments:

  1. saya terus terang tak akrab dengan eceng gondok. di tempat saya gak ada kayaknya.

    ReplyDelete
  2. waduh saya termasuk bedebah juga ya..

    ReplyDelete
  3. sebenarnya enceng gondok adalah tanaman yang merugikan, tapi di tangan yang terapil bisa jadi barang berguna...

    ReplyDelete
  4. yupz btul tuh,seharusnya sarjana pertanian harus melihat akan hal ini,,,saatnya pertanian maju,,^^

    ReplyDelete
  5. Itu sayuran enak bro,di samping rumah ku banyak di tanami eceng gondok,
    Rawa2nya hampir tak ada rumput lain,hanya eceng gondok,itu biasanya sayuran saya di siang bolong.heheh

    ReplyDelete
  6. Muhammad A Vip : di tempat saya jg gak ada, hanya saja saya pernah survey ke tempat perairan yg banyak sekali eceng gondoknya.

    Lozz Akbar : siapa yg bilang begitu? Para bedebah, itu kalimat yang terangkum pada puisi yg sering dibacakan di stasiun televisi..

    Joe : iya bener..

    Ahmad'z : sarjana pertaniannya udah ngeliat kok, hanya saja program pemerintah yg kurang mendukung untuk bidang ini. Thanks udah di follow, nanti saya follow balik..

    Situsonline : oya??sumpah, baru tau aku klo itu gulma enak disayur. Makanya kaget waktu denger beritanya di televisi. Thanks y udah berbagi info..

    ReplyDelete
  7. Wah.. masa enceng gondok di makan sih???
    mending genjer, (*favorite aq tuh!) hihi.. :D

    ReplyDelete
  8. itu dia yg bikin diri ini tertarik untuk mengulasnya, meski sedikit. O..suka makan genjer ya:)

    ReplyDelete
  9. tanaman ini banyak fungsinya kalo buat yang kreatif dan ngerti penanganannya, kalo buatku sih, gatel, hehhe...

    ReplyDelete
  10. wah saya udah jarang nih lihat tumbuhan ini

    ReplyDelete
  11. daerah kota sini sulit cari yang seperti itu.. :)

    ReplyDelete
  12. negeri kita memang penuh ironi, mas. tinggal dan hidup di negeri agraris, tapi sebagian besar makanan yang kita makan justru produk impor, gimana ini?

    ReplyDelete
  13. Advertiyha : O..gatel y mbk, aku sih gak ngerasa apa-apa wkt megangnya,hehehe..

    Shudai Ajlani (dot)Com : Gampang kok klo pgn ngliatnya, biasanya di perairan, banyak gulma ini tumbuh

    Secangkir teh dan sekerat roti : coba pergi ke perairan klo pgn ngeliatnya,hehe..

    Sawali tuhusetya : Mas??hehehe, mbk kali. Ya, itu menjadi PR bwt generasi mendatang, hehehe

    ReplyDelete
  14. salam sob
    enceng gondok ini kalo diolah bisa menjadi barang dagangan sob

    ReplyDelete
  15. setuju. Eh, blogku yg satunya blm ada artikelnya, kok malah difollow, hehehe?? tp, thanks ya, jd mulai mikir untuk aktifin posting di blog satu itu, insyaallah..

    ReplyDelete
  16. eceng gondok membuat kolam menjadi terserap habis airnya mbak he he he makanya termasuk gulma...alias pengganggu..

    Pertanyaan mbak tentang guru TIK di Manajemen Emosi:

    TIK ( Teknologi Informasi dan Komputer )

    ReplyDelete
  17. memang nasib rakyat kecil (petani) selalu dinomorsekiankan,, padahal mereka memiliki potensi yang besar untuk mengelola hasil pertanian seperti enceng gondok ini.

    ReplyDelete
  18. Salam sob
    selain itu juga si enceng gondok ini sulit dimusnahkan kalo sudah hidup di kali

    ReplyDelete
  19. biasanya enceng gondok jadi bahan permainan anak2 untuk masak-masakan

    sekarang saya banyak melihat produk hasil olahan enceng gondok, selain unik juga inovatif

    jika mbak wit menghubungkannya dengan kemiskinan negara ini...memang membuat hati menangis..tetapi tidak semua orang dinegara ini bedebah.. begitu khan?

    ReplyDelete
  20. kalau didaerah asal ku ga ada juga kayanya enceng gondok,jauh dari sungai sebabnya untuk pengairan sawah pake Ledeng dari peninggalan zaman belanda !!

    ReplyDelete
  21. Manajemen Emosi : makasih bwt jawabannya..

    Dwi : harus OPTIMISSSS,ok!!

    Kisah Abu Nawas : klo rame2 gak sulit kok Mas, hehehe..

    Iyna Riyanto : Mbk, yg bilang bedebah itu bukan saya. Saya hanya mengutip kata2 yang ada dalam puisi yg sering didengungkan di televisi, hehehe
    Mungkin Mbk pernah denger puisinya?

    Lintasberita : wah, keren tuh daerahnya,berarti pertaniannya udah modern:)

    ReplyDelete
  22. sempat nonton di tv, karena alasan ekonomi sebuah keluarga mengolahnya menjadi sayur sebagai panganan sehari2nya... moga negara kita bisa bangkit dari kondisi ini...

    ReplyDelete
  23. amin.. thanks udah di follow. I follow you back, friend..

    ReplyDelete

Buat semua Sobat, saya sangat menghargai satu dua patah komentar Anda, tapi please gak usah meninggalkan link di kolom ini atau di Wit's chat box, ok.
Saya sangat menghargai pengertian sobat:)