Tuesday, September 7, 2010

Pilihan

Menjadi lebih baik, itu pilihan. Menjadi lebih buruk itupun pilihan. Stay di tempat tanpa perubahan apapun, itu juga pilihan. Namun, perlu diingat bahwa menjalani kehidupan ini adalah suatu keharusan. Meski demikian, jika kita tak ingin menjalani kehidupan dengan sungguh-sungguh tak akan ada yang memaksa kok, (eits…klo pun ada, keputusan ada di tangan kita. Bener nggak?)toh semua kita yang menanggungnya, seratus persen ada pada diri kita,ok Walaupun begitu, menyadari sepenuhnya atau tidak, kita semua turun ke dunia sebagai insan pilihan. Jadi, sayangkan klo menyia-nyiakan hidup yang hanya satu kali ini? O.k. Berarti hidup hanya satu kali kan? Mau berbuat apapun?Mm…boleh,boleh saja. Namun, jangan seenaknya berbuat apapun. Emang kenapa? Jawabnya simple, karena apapun yang kita lakukan akan ada pertanggungjawabannya, apalagi kita hidup di lingkungan sosial. Emang kenapa klo di lingkungan sosial? Ya, otomatis karena di komunitas sosial, pasti ada perangkat sosial yang mengatur, mulai dari peraturan tertulis serta norma-norma dalam kehidupan yang jika dilanggar efeknya tak kalah “heboh” di banding peraturan tertulis. Lalu…apa sobat sadar dengan keadaan ini? Ya, jawabannya mungkin “iya”, mungkin juga “tidak”, namun klo boleh kasih saran, jawabannya sebaiknya “iya”. Ini disebabkan karena setiap kesalahan yang kita lakukan pasti ada sanksinya. Dan, hukuman sosial itu sanksinya jauh lebih berat dibanding jika melanggar peraturan tertulis entah itu yang berkaitan dengan hukum pidana maupun perdata. Sebagai contoh, jika melakukan kesalahan atau hal yang melanggar hukum, pasti pelaku mendapat hukuman berupa tahanan atau sanksi berupa denda sesuai yang telah ditetapkan, nah..setelah denda dibayar atau masa tahanan usai, maka usai sudah penderitaan itu. Akan tetapi, apa yang terjadi jika si mantan narapidana kembali ke masyarakat?Semudah itukah ia bebas dari sanksi sosial, sebagaimana ia telah bebas dari sanksi hukum? Realita, di masyarakat menunjukan bahwa begitu sulitnya mengembalikan citra diri yang telah tergores di komunitas sosial. Mungkin, si narapidana ini telah insyaf setelah “ditatar” dalam tahanan, namun pertanyaannya apakah semudah itu masyarakat mau menerimanya, apalagi yang namanya masyarakat itu kan kumpulan individu yang memiliki keragaman karakter serta pola pikir? Makanya, sebelum memilih dalam hidup ini, entah menjadi lebih baikkah, atau lebih burukkah atau apapun yang ingin kita lakukan dalam hidup ini, harus dipikirkan efeknya, yang memang selalu terjadi belakangan, ok

4 comments:

  1. yup... hidup memang penuh dng pilihan, dan apapun pilhan kita, jng prnh disesali akhirnya. btw, uda saya follow blognya, follow me back ya...

    ReplyDelete
  2. mksh udh di follow, udh saya follow balik kok.. salam kenal

    ReplyDelete
  3. kadang udah dilakuin baru mikir efeknya
    ada juga yang udah tau efeknya apa tetep aja di lakuin. kalo positif mah lakuin aja. lah kalo negatif itu nekat namanya. tapi setiap manusia juga harus bertanggung jawab ama apa yang udah dilakuinya. hidup penuh pilihan atau mungkin kadang kita yang suka memperbanyak pilihan.
    heheh salam kenal dari bintang air.. maaf baru bisa mampir

    ReplyDelete

Buat semua Sobat, saya sangat menghargai satu dua patah komentar Anda, tapi please gak usah meninggalkan link di kolom ini atau di Wit's chat box, ok.
Saya sangat menghargai pengertian sobat:)