Apa yang kita tulis mencerminkan
diri kita. Ketika kita membuat suatu tulisan, secara tak langsung kita menebar
apa yang kita rasakan, seperti aura yang menular. Kedekatan emosional antara
penulis dan pembaca tanpa disadari akan terbaca. Membangun blog berarti kita
membuka peluang untuk berinteraksi dengan pihak luar, dalam hal ini pihak
pembaca. Secara tak langsung kita sebagai pemilik blog membangun brand akan diri kita, seperti yang
pernah saya jelaskan pada tulisan internet sehat bikin hebat.
Logika manusia yang sehat, akan
lebih baik bila penulis tak hanya mempatenkan karyanya melalui tulisan yang ia
tebar melalui blog, tetapi ia juga harus
menjadi aktor akan tulisan yang ia buat. Jadi, tak hanya sekadar menulis namun
harus dan wajib mengaplikasikannya dalam dirinya sendiri. Bukankah ini suatu
tindakan yang sangat balance dan
bijaksana?
Sebagai pemilik blog, saya pun
demikian. Malu rasanya, kalau saya bisa menulis tulisan yang bermuara pada
kebaikan, tetapi saya sendiri tak dapat menerapkannya pada keseharian saya. Di
waktu senggang, saya berusaha untuk sekedar mereview tulisan-tulisan yang telah lalu. Berulang-ulang membacanya,
sehingga perlahan-lahan bisa lebih
memperbaiki diri:)
Ibarat tanaman yang harus disiram
tiap hari agar subur, begitupun diri ini. Jiwa ini harus selalu diinput dengan
hal-hal yang positip, diisi dengan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan. Salah
satunya melalui tulisan yang saya buat sendiri. Dengan harapan saya bisa
memanusiakan diri ini.
Meski demikian, saya sangat
menyadari bahwa sebagai manusia yang sangat lemah dan penuh dengan kekurangan,
sungguh tak mudah untuk menjaga hati ini agar benar-benar bersih, seperti
sebuah tulisan aku dan hatiku yang pernah saya posting beberapa waktu yang
lalu. No body perfect!Dan lagi,
terkadang atau bahkan seringkali memang
mengoreksi diri sendiri itu jauh lebih sulit. Diri manusia itu kan memang
selalu berada pada persimpangan dua sisi, kebaikan dan keburukan. Syaitan tak
akan pernah berhenti menggoda manusia hingga hari akhir nanti. Dan semua pilihan
sepenuhnya ada pada diri kita sebagai pemegang otoritas atas jasad yang hidup
ini.
Makanya selain menginput,
membentengi diri ini dengan hal-hal yang bermuara pada kebaikan,sebagai makhluk
sosial diri ini juga membutuhkan orang lain untuk berbagi. Islam sangat
menganjurkan pemeluknya untuk selalu mengingatkan pada kebaikan. Maklum,
manusia tak akan pernah lepas dari kekhilafan. Dan ketika kita dihadapkan pada
kondisi yang tak menguntungkan, sulit untuk berpikir jernih. Kita membutuhkan
orang lain sebagai pengingat agar diri kita tak terlalu jauh menyimpang, sama
halnya ketika tulisan saya dicaplok, respon yang beragam dari pembaca blog ini
seakan mengingatkan diri ini agar bisa lebih memperbaiki hati dan perasaan yang
sangat tak baik saat itu.
Dan entah,memang kebetulan atau
bukan, tulisan yang dipindahrumahkan itu berjudul, ikhlas:salah satu kunci menjalani hidup ini. Ya.., diri ini seharusnya sadar bahwa semua telah terjadi,
saya harus ikhlas. Saya kan yang nulis tulisan “ikhlas” tersebut, ya..saya
harus ikhlas. Kan secara tak langsung apa yang kita tulis itu mencerminkan diri
kita, jangan hanya bisa nulis:)
Tapi ya.. itu, seperti yang pernah saya posting sebelumnya menjaga hati dan
mengoreksi diri sendiri itu memang tak gampang. Butuh kearifan yang luar biasa:)
Semua telah terjadi, tulisan saya
telah dicaplok, seperti katanya orang jawa, ya harus bisa “nerimo”. Dan lagi,
sebenarnya tujuan hidup adalah untuk berbagi. Seharusnya saya lebih bijak menyikapi
ini, jangan hanya ingin “meng-akukan” diri ini. Karya saya itu bukan sepenuhnya
milik saya, semua kalimat yang terangkai di dalamnya, lahir dengan izin-Nya.
Tambahan lagi, apapun yang terjadi pada diri ini sesungguhnya adalah kehendak
Sang Maha Kuasa. Tak ada satupun yang menimpa diri ini melainkan telah
dikehendakinya:).
Seperti yang dijelaskan dalam Alquran, Qs.Al-baqarah[2]:214 :
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimaan halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?Mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan
bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya; ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat.”
Bukankah hidup ini adalah ujian?Kesenangan
dan kesedihan adalah ujian dari-Nya. Sebagai manusia saya harus bisa lebih belajar
memaknai "semua dari-Nya dan akan kembali pada-Nya". Belajar, belajar,
belajar dan belajar. Tak ada habisnya untuk belajar selama nafas tetap
berhembus. Banyak sisi dari kehidupan diri ini yang bisa dijadikan untuk
belajar. Belajar untuk berespon positip, bahkan ketika diri ini dihadapkan pada
kondisi yang tak mengenakkan, belajar untuk lebih sabar, belajar untuk lebih
ikhlas, belajar untuk memaafkan kesalahan orang lain, belajar untuk memahami
ketidaktahuan seseorang, memahami kekeliruan seseorang, karena bisa jadi “si
pelaku” tak tahu bahwa tindakan yang dirinya anggap enteng tersebut, dapat
membuahkan efek yang “wah” buat orang lain, khususnya buat orang yang
bersinggungan langsung atas tindakan yang telah ”si pelaku” lakukan.
Hidup ini pada dasarnya juga
proses belajar tanpa akhir. Belajar dan selalu belajar.
Ahh…ternyata banyak pesan yang
dapat dipetik ya dari kejadian tulisan saya yang dicaplok beberapa waktu yang
lalu. Selalu ada hikmah, seperti postingan saya yang telah lalu; hikmah salah satu kejadian dalam hidupku.
La Tahzan, sebuah kata yang baru
saya tahu artinya melalui sahabat maya saya, riksa. Jangan bersedih!!
It’s O.K. Semua telah berlalu.
Ikhlas, belajar dan belajar lagi menjalani hidup ini. Pokoknya jangan bersedih,
La Tahzan:).
Setuju??
Setuju??
Belajar ya benar banget.....kudu semangat tentunya...mmmm...salam kenal dari ME(Manajemen Emosi)...langsung follow ni..biar tambah akrab..he he
ReplyDeletesalam sob...
ReplyDeleteharus belajar terus sampai mati
Syukurlah Mba Wit sudah ikhlas dan benar, apapun yang telah terjadi, semua atas kehendak Yang Maha Kuasa...saya setuju Mba. Eh...tapi kalau disuruh mengaplikasikan atau menjadi aktor dari tulisan saya, nanti dulu Mba....soalnya tulisan saya itu tokohnya Oon, jelek, jail bin usil dan ngomong asal njeplak dan nasibnya sial terus...wah..wah...wah...saya ga mau ah seperti itu...hehe
ReplyDeleteYupz.. senada dengan yang Mbak Witz tulis.. sayapun mulai sekarang mesti mikir dengan apa yang nantinya mau saya tulis.. sebab saya rakut justru tulisan saya bertolak belakang dengan kehidupan saya sehari-hari...
ReplyDeleteSemangat ya mbak.. bersyukur aja jika ada orang yang mengambil tulisan anda. meski sakit setidaknya itu menunjukkan jika tulisan anda layak dan menarik buat orang lain
Hidup itu pembelajaran... pengalaman adalah gurunya..
ReplyDeleteYa belajar dan belajar untuk menjalani hidup, karena ini susah di dapat di bangku pendidikan formal :)
belajar dan terus belajar adalah kunci kesuksesan, btw jangan lupa jg berdoa sama yg diatas..
ReplyDelete=D
siipp...
ReplyDeleteterus belajar sobat
tetap semangat
sedj
Setuju... Semangat terus mba Wit,La Tahzan.
ReplyDeleteEh Salam Kenal ya mba...hehe
yap, belajar tanpa mengenal waktu....
ReplyDeletemaen ke blogku yah?
test 1,2,3.. apakah komen kemarin saya ilang..??
ReplyDeleteManajemen Emosi : makasih. thanks udah di follow, nanti wit follow balik y. salam kenal kembali
ReplyDeleteKisah Abu Nawas : bener. salam
Noor's Blog (inside of me): hehehe,..:)
Lozz Akbar : Sabar y mas, maklum harus bagi waktu antara kegiatan offline dan online. Ya..,yg penting, kita gak asal nulis, harus senada dg tulisan kita.
Serba Ter :iya bnr mbk, setuju..
Agung A.Kusuma :pastinya..
Sedjatee : makasih. Salam
Nadia Meutuah : Makasih. Salam kenal jg ^^
Potter : siiip
Assalamualaikum sist :)
ReplyDeleteterimakasih kunjungannya di blog saya
salam persahabatan yah, nice blog :)
ku kembali lagi mbak...waah belum update to tapi artikel lain emang yahudd abis...mari belajar tentang belajar
ReplyDeleteMila : Walaikumsalam.. salam persahabatan jg. makasih
ReplyDeleteManajemen Emosi :makasih udah mampir, Mas. Selamat membaca ya!! ^^
Assalam....diri ini sudah berumur tetapi jauh di sudut hati keinginan untuk menimba ilmu lebih banyak lagi terasa membuak-buak.Dari segi kemampuan dalaman terasa ada susut nilai tetapi biasanya bersemangat untuk terus mencapai sasaran sebagai ahli ilmu walaupun tak setaraf ilmuwan terbilang....Jazakumullah...
ReplyDeletemakasih sudah berkunjung
Deletetul tul betul
ReplyDelete