Siapa yang tak kenal eceng
gondok?Gulma yang satu ini keberadaannya sangat mengganggu, karena dapat menyebabkan
pendangkalan perairan. Selain itu, keberadaan eceng gondok juga mengurangi
nilai estetika perairan dan dapat menghambat lalu lintas perairan.
Kehadirannya yang tak diharapkan
ternyata bertolakbelakang dengan perkembangbiakan vegetative yang dimilikinya,
dimana satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu menghasilkan tanaman
baru seluas 1 m2. Bayangkan, bagaimana cepatnya perkembangbiakan
gulma satu ini!Maka, wajar bila keberadaannya sangat mengganggu.
Di lain pihak, meski
keberadaannya dipandang sangat mengganggu, justru banyak membawa barokah bagi
penduduk sekitar perairan tempat eceng gondok tumbuh secara liar ini.
Berdasarkan survey penulis, banyak warga yang perairannya ditumbuhi
eceng gondok, mengais rezeki dengan mengumpulkan eceng gondok untuk
dijual ke tempat-tempat usaha kerajinan yang berbahanbaku eceng gondok.
Ya, eceng gondok, si gulma
pengganggu perairan ini belakangan banyak dilirik oleh orang-orang kreatif
untuk diolah menjadi kerajinan seperti, tas, pigura bahkan furniture. Ternyata gulma yang sungguh mengganggu ini menjadi
sumber rezeki beberapa kalangan, mulai dari pihak pengumpul sampai pengrajin
eceng gondok.
Hal ini lumrah saja, mengingat
ada orang kreatif yang mengubah gulma menjadi produk yang bernilai jual serupa
kerajinan sehingga dapat dijadikan sebagai sumber rezeki. Hal yang biasa bukan?
Namun sungguh luar biasa (menurut
pemikiran penulis khususnya) ketika mengetahui berita dari stasiun televisi bahwa di
Cilincing, Jakarta Utara, ada warga miskin ibukota yang memanfaatkan eceng
gondok sebagai lauk untuk makan. Tingginya harga sembako terpaksa membuat keluarga
miskin ini mengolah eceng gondok menjadi sayur sebagai teman menyantap nasi
putih. Kira-kira apa ya rasanya??
Inilah potret kehidupan (maaf)
Negeri Para Bedebah. Ya, Negeri Para Bedebah, satu kalimat yang terangkum pada
puisi yang sering penulis dengar di televisi beberapa waktu belakangan.
Akan tetapi, mau apa
lagi?Pertanian yang merupakan basis dari negeri yang katanya AGRARIS ini sangat
diabaikan. Walhasil, harga sembako meroket. Padahal, jika saja pertanian digalakkan
pasti akan banyak pihak yang dimakmurkan, mulai dari petani, orang-orang yang
berkecimpung di bidang pertanian pada umumnya sampai kehidupan rakyat secara
menyeluruh di negeri ini. Kata “kemakmuran” pasti menjadi hasilnya. Namun, apa
mau dikata, sepertinya menaikkan harga sembako dan import produk pangan yang mulai dirasa langka seakan menjadi
pilihan bagi para elite negeri ini.
Sarjana Pertanian yang merupakan
produk dari universitas bahkan tak banyak yang dapat mengaplikasikan ilmunya
pada bidang yang serupa. Ironi memang, di saat banyaknya tenaga professional di
bidang pertanian, namun justru bidang
tersebut tak menarik perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Selalu “industry”
yang menjadi pilihan dan selalu “rakyat” yang dikorbankan. Lalu, akan kemana
rakyat miskin mengadu?
*Maaf, bila ada yang kurang berkenan
dengan tulisan ini
*Gambar diambil dari google
saya terus terang tak akrab dengan eceng gondok. di tempat saya gak ada kayaknya.
ReplyDeletewaduh saya termasuk bedebah juga ya..
ReplyDeletesebenarnya enceng gondok adalah tanaman yang merugikan, tapi di tangan yang terapil bisa jadi barang berguna...
ReplyDeleteyupz btul tuh,seharusnya sarjana pertanian harus melihat akan hal ini,,,saatnya pertanian maju,,^^
ReplyDeleteItu sayuran enak bro,di samping rumah ku banyak di tanami eceng gondok,
ReplyDeleteRawa2nya hampir tak ada rumput lain,hanya eceng gondok,itu biasanya sayuran saya di siang bolong.heheh
Muhammad A Vip : di tempat saya jg gak ada, hanya saja saya pernah survey ke tempat perairan yg banyak sekali eceng gondoknya.
ReplyDeleteLozz Akbar : siapa yg bilang begitu? Para bedebah, itu kalimat yang terangkum pada puisi yg sering dibacakan di stasiun televisi..
Joe : iya bener..
Ahmad'z : sarjana pertaniannya udah ngeliat kok, hanya saja program pemerintah yg kurang mendukung untuk bidang ini. Thanks udah di follow, nanti saya follow balik..
Situsonline : oya??sumpah, baru tau aku klo itu gulma enak disayur. Makanya kaget waktu denger beritanya di televisi. Thanks y udah berbagi info..
Wah.. masa enceng gondok di makan sih???
ReplyDeletemending genjer, (*favorite aq tuh!) hihi.. :D
itu dia yg bikin diri ini tertarik untuk mengulasnya, meski sedikit. O..suka makan genjer ya:)
ReplyDeletetanaman ini banyak fungsinya kalo buat yang kreatif dan ngerti penanganannya, kalo buatku sih, gatel, hehhe...
ReplyDeletewah saya udah jarang nih lihat tumbuhan ini
ReplyDeletedaerah kota sini sulit cari yang seperti itu.. :)
ReplyDeletenegeri kita memang penuh ironi, mas. tinggal dan hidup di negeri agraris, tapi sebagian besar makanan yang kita makan justru produk impor, gimana ini?
ReplyDeleteAdvertiyha : O..gatel y mbk, aku sih gak ngerasa apa-apa wkt megangnya,hehehe..
ReplyDeleteShudai Ajlani (dot)Com : Gampang kok klo pgn ngliatnya, biasanya di perairan, banyak gulma ini tumbuh
Secangkir teh dan sekerat roti : coba pergi ke perairan klo pgn ngeliatnya,hehe..
Sawali tuhusetya : Mas??hehehe, mbk kali. Ya, itu menjadi PR bwt generasi mendatang, hehehe
salam sob
ReplyDeleteenceng gondok ini kalo diolah bisa menjadi barang dagangan sob
setuju. Eh, blogku yg satunya blm ada artikelnya, kok malah difollow, hehehe?? tp, thanks ya, jd mulai mikir untuk aktifin posting di blog satu itu, insyaallah..
ReplyDeleteeceng gondok membuat kolam menjadi terserap habis airnya mbak he he he makanya termasuk gulma...alias pengganggu..
ReplyDeletePertanyaan mbak tentang guru TIK di Manajemen Emosi:
TIK ( Teknologi Informasi dan Komputer )
memang nasib rakyat kecil (petani) selalu dinomorsekiankan,, padahal mereka memiliki potensi yang besar untuk mengelola hasil pertanian seperti enceng gondok ini.
ReplyDeleteSalam sob
ReplyDeleteselain itu juga si enceng gondok ini sulit dimusnahkan kalo sudah hidup di kali
biasanya enceng gondok jadi bahan permainan anak2 untuk masak-masakan
ReplyDeletesekarang saya banyak melihat produk hasil olahan enceng gondok, selain unik juga inovatif
jika mbak wit menghubungkannya dengan kemiskinan negara ini...memang membuat hati menangis..tetapi tidak semua orang dinegara ini bedebah.. begitu khan?
kalau didaerah asal ku ga ada juga kayanya enceng gondok,jauh dari sungai sebabnya untuk pengairan sawah pake Ledeng dari peninggalan zaman belanda !!
ReplyDeleteManajemen Emosi : makasih bwt jawabannya..
ReplyDeleteDwi : harus OPTIMISSSS,ok!!
Kisah Abu Nawas : klo rame2 gak sulit kok Mas, hehehe..
Iyna Riyanto : Mbk, yg bilang bedebah itu bukan saya. Saya hanya mengutip kata2 yang ada dalam puisi yg sering didengungkan di televisi, hehehe
Mungkin Mbk pernah denger puisinya?
Lintasberita : wah, keren tuh daerahnya,berarti pertaniannya udah modern:)
sempat nonton di tv, karena alasan ekonomi sebuah keluarga mengolahnya menjadi sayur sebagai panganan sehari2nya... moga negara kita bisa bangkit dari kondisi ini...
ReplyDeleteamin.. thanks udah di follow. I follow you back, friend..
ReplyDelete