Ketika nurani berbicara, rasanya
tak ada yang pantas mengabaikan. Jika nurani kita masih mendendangkan
suara-suara baik, itu artinya hati kita masih hidup. Artinya, nurani kita
sebagai manusia masih peka. Peka akan hal-hal yang baik. Bukankah fitrah manusia
itu selalu berada pada koridor yang baik. Tapi…mengapa ya terkadang banyak
orang yang mengabaikan nuraninya? Bahkan sedikitpun tak mengindahkannya.
Terlalu merendahkah mengikuti nurani yang berbicara ini?Bukankah nurani itu
suara Tuhan.
Menyadari sepenuhnya bahwa di negeri ini banyak
sekali penyimpangan. Siapakah yang pantas disalahkan dengan keadaan ini?Apa
yang salah, padahal semua penduduk di negeri tercinta ini beragama.
Bila dilihat pada setiap
kartu penduduk, tepat pada baris agama, semuanya pasti terisi.
Lalu, mengapa carut marut tak
kunjung usai?Logikanya, orang yang beragama, pasti tahu dan sangat paham mana
hal yang baik dan pantas dilakukan dan sebaliknya pasti dengan cedas sadar mana
aktivitas yang merugikan. Tapi,…sepertinya keadaan Indonesia tercinta bertambah kelam.
Apa yang patut dipersalahkan? agamanya?
Yang namanya agama itu sebagai petunjuk
bagi setiap pemeluknya dalam meniti kehidupan
Atau.., pemeluknya?yang belum sepenuhnya menyadari hakikat beragama?
Ahhh…aku tak terlalu pantas buat
menjawabnya. Tiap individu punya opini sendiri:)
Mmm...berbicara nurani yang berbicara,
aku sangat terhenyuh mendengar lagu
miliknya Ebiet.G.Ade yang berjudul Untuk Kita renungkan. Semua liriknya memang patut
untuk direnungkan secara seksama. Begitu mengharu biru, ditambah lagi semua
lagu-lagunya Mas Ebiet.G.Ade itu memang full
message, yang tersirat melalui setiap untaian liriknya.Tak hanya itu,
lagu-lagunya Mas Ebiet.G.Ade itu, musiknya melo sekali. Kalau mendengarkannya penuh
dengan nurani, pasti airmata perlahan mulai runtuh. Sangat mengena
lirik-liriknya.
Dan, ini aku lampirkan lirik lagunya. Selamat merenungkan!
Untuk Kita Renungkan by
Ebiet.G.Ade
Kita mesti
telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di
dalam batin
Tengoklah ke dalam
sebelum bicara
Singkirkan debu
yang masih melekat
Singkirkan
debu yang masih melekat
Anugerah dan
bencana adalah kehendak-Nya
Kita mesti tabah
menjalani
Hanya cambuk kecil
agar kita sadar
Adalah DIA di atas
segalanya
Adalah DIA di atas
segalanya
Anak
menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai
menyapu bersih
Ini bukan hukuman,
hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti
banyak berbenah
Memang, bila kita
kaji lebih jauh
Dalam kekalutan,
masih banyak tangan yang tega berbuat nista
Tuhan pasti telah
memperhitungkan
Amal dan dosa yang
kita perbuat
Kemanakah lagi
kita kan sembunyi
Hanya kepada-Nya
kita kembali
Tak ada yang bakal
bisa menjawab
Mari hanya tunduk
sujud pada-Nya
Bagaimana?menyentuh bukan?kan nurani berbicara..^^
wahhhhhhh...... mba wits ini, mengingatkan aku atas segala khilaf & dosa.... makasih ya mba... :)
ReplyDeleteSama2, kan kita harus saling menebar kebaikan:)
ReplyDeletemakasih ya bwt komennya yg jg mengingatkanku
salam sob..
ReplyDeletenurani dari perasaan yang paling dalam
sebuah mutiara renungan yang bagus sob..
ReplyDeleteaku suka posting ini
kisah Abu Nawas :makasih..smg menjd renungan bersama
ReplyDeleteMakin mantap aja tulisannya..
ReplyDeletesudah menjadi keharusan bagi kita untuk merenung, mengingat bencana yang silih berganti melanda negeri ini.
maaf udah luuuuama banget saya nggak berkunjung ke sini, soalnya lagi ada kesibukan disawah.
salam dari saya dan istri...
ga pa pa kok:)
ReplyDeletesalam jg bwt keluarganya