Aku masih duduk di sini, menunggu
tangan-tangan pemurah yang ingin bersahabat denganku. Tempat yang begitu ramai
terasa menghimpit diriku. Susana pasar yang ramai, seakan tak memberikan tempat
padaku. Aku hanya terduduk, terdiam dengan perasaan yang aku sendiri tak tahu
bagaimana rasanya.
Diantara lalu-lalang
keramaian pasar ini, ada seorang adik
kecil menghampiri diriku. Diletakkannya kepingan uang logam pada kaleng tuaku.
Ya..kaleng yang selalu menemaniku melewati hari-hariku hampir separuh usiaku di
bumi ini.
“ting”, terdengar suara tabrakan logam dari si adik dan kaleng
tuaku.
“ahh…hanya sebuah”, aku hanya berucap di dalam hatiku.
Mataku nanar menatap suasana
hidup pagi hari ini. Kaki-kaki yang terus menjamah setiap tempat di sekelilingku
seakan tetap tak perduli dengan pakaian biru lusuh yang kukenakan. Aku terus
memandangi semuanya.
“ting..ting..ting..”, beberapa logam mulai antri memasuki kaleng
tuaku.
Ada rasa bahagia..sedikit harapan
bahwa hari ini apa yang kudapat bisa membuatku sedikit nyenyak nanti malam.
Kupandangi kedua tanganku yang
tak sempurna. Sepuluh jari yang
diberikan-Nya, telah diambil paksa akibat kecelakaan dahsyat yang secara total
mengubah penampilanku.
“aku..tak ingin seperti ini”, ucapku dalam hati. “Aku ingin memilki kembali sepuluh jari
itu…!!!”, aku nyaris berteriak ketika memandangi raga tak sempurna ini.
“Pak..”, sebuah suara halus terdengar samar di telingaku.
“ini…”, wanita muda itu memberiku sebungkus nasi dan beberapa
lembar uang kertas berpindah ke kalengku.
Aku tersenyum, seakan ingin
mengatakan terima kasih.
“Ahh.., ternyata aku salah. Masih ada tempat buatku di pasar yang
seluas ini. Masih ada beberapa pasang
mata yang mengintai keberadaanku. Masih ada tangan-tangan bersahaja yang
mengulurkannya kepadaku.”
“aku tak sendiri”, ucapku beriringaan dengan keluarnya butiran jernih dari kedua sudut bola
penglihatanku.
Senyum itu akhirnya melebar,
melengkapi rasa bahagiaku. Meski kalengku hanya berisi beberapa lembar dan
logam saja, namun itu sudah cukup. Apalagi, tadi ditambah dengan sebungkus nasi
yang cukup untuk mengganjal perutku.
“aku tak sendiri”, kembali aku berucap dengan senyum di wajahku.
mengamankan pertamaxxx
ReplyDeletepuisi yang sangat indah ...
nice
buatan sendiri neh?...
ReplyDeletemantabbbzz
vagus banget ceritanya ..,
ReplyDelete:)
Moenas : puisi??cerita kaleee,hehehe:)
ReplyDeleteHanya : iya, iseng,hehehe
Rezkaocta : iya ya???pdhl cm iseng loh :)
hanya cerita toh....bunda kira ini kisah kamu....sampai buat aku berpikir gmn cara kamu ngetik keyboard klu jari2 tanganmu sdh di ambil Tuhan.....
ReplyDeletega kebayang kalo harus hidup dengan cara begitu.. cerita ini mengingatkanku untuk tetap bersyukur, sudah seharian ini aku mengeluh..
ReplyDeletemakasih ya mbak wits!
ehm semoga aku bisa menjadi seseorang yang mengisi kaleng itu...
ReplyDeleteSyukurlah, di era ke-cuekbebek-an sekarang ini masih ada yang peduli terhadap orang yang tak mampu ya...
ReplyDeleteThat's the fact :)
ya.. engkau tak sendiri
ReplyDeletekami bersama mu...
sedj
ini mah bukan cerita iseng, tapi benar2 membuat plong jiwa ini,, ternyata aku juga tak sendiri di dunia ini ..
ReplyDeletesalam :)
Bunda Loving : hehehe..:)
ReplyDeleteGefry Necolsen : iya, pastinya harus banyak2 mengucap syukur, biar hidup terasa lapang.
Lozz Akbar : boleh..silahkan!
Kaakin : harapannya sih begitu mbk..
Sedjatee : hehe
Fitr4y : siip:)
you never walk alone mbak,. wit,.. ada blog, ada teman blog hehe,. semoga bisa jadi sahabt ya mbak wits
ReplyDeletetetap semangat walau sudah tak sempurna...
ReplyDeletekarena sesungguhnya Alloh tetap dan masih yang MAHA ADIL...
kunjung blik ya..! ada posting baru "surat untuk khadafi libya" nih!
nice, like it...
ReplyDeleteauraman : iya, ada blog, sahabat untuk saling berbagi tulisan, ide dan wawasan.
ReplyDeleted'zaro : thanks udah difollow. nanti difollow balik ya
Kira : thanks
wits.. ada mozaik asa di atas tiga roda
ReplyDeletesilakan diintip ya
sedj
wah..cerita yang sangat bagus..thanks ya..
ReplyDelete