Musik,
musik dan musik…
Mmm…lima huruf
ini sangat dikenal oleh semua orang dari berbagai kalangan hingga ada sebuah
kalimat yang begitu akrab di telinga penulis, music is my life, my life is music.
Wah..dunia ini
akan berwarna bila ada musik!
Biasanya orang
akan refleks menggerakan beberapa bagian tubuhnya mengikuti iringan musik yang
didendangkan, seperti kepala, tangan, dan kaki.
Hayo
bener apa bener?
Bener
bukan?
Itulah efek spesial
yang ditimbulkan dari mendengarkan musik.
Tanpa
musik?
Mmm…suasana akan
terasa hampa.
Mau
bukti?
Contohnya
sederhana, dalam setiap acara atau perayaan kegembiraan seperti acara ulang
tahun, pernikahan atau acara lainnya pasti musik selalu menjadi bagian yang tak
terpisahkan.
Tak
percaya?
Ok. Coba
diingat-ingat kembali pada saat sobat datang ke acara-acara perayaan tersebut!
Bener kan? Musik
pasti dan selalu ada. Sepertinya musik menjadi WAJIB untuk acara – acara itu. Hanya saja tergantung acaranya. Beda acara
maka beda pula musik yang didengarkan.
Sama halnya
dengan pendengar musik. Beda orangnya beda pula musik yang disukai. Beda usianya
beda pula SEHARUSNYA musik yang sebaiknya didengarkan. Selalu ada segmentasi
pasar untuk sebuah musik yang beredar di masyarakat.
Mengapa?
Karena berdasarkan
pemikiran penulis, pada dasarnya musik merupakan salah satu media yang baik
untuk belajar. Bila dicermati lirik-lirik yang terkandung di dalam sebuah lagu
mengandung pesan atau nilai-nilai yang hendak disampaikan oleh penciptanya
kepada pendengar. Contoh sederhananya lagu-lagu religi yang secara tak sadar
bisa memberikan motivasi bagi pendengarnya. Masih hangat di telinga kita akan
lagunya Maher Zain yang sangat inspiratis dan booming di negeri ini. Lagu yang berjudul ‘Insyaallah’ ini membuat
kita merasa ‘adem’ mendengarkannya. Selain alunan musiknya yang easy listening, liriknya juga membuat
pendengar lebih menyadari bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini, jangan
pernah putus asa! Insyaallah ada jalan.
Nah,
bayangkan bila anak-anak yang masih belia dimana sel-sel otaknya sangat aktif
untuk merekam apapun yang didengarnya mendengarkan musik yang belum waktunya mereka dengar!
Wah..kacau! Anak-anak
kan selalu meniru. Kalau lagu yang mereka dengar adalah lagu orang dewasa
bagaimana? Mereka tak sadar bahwa lirik yang mereka ucapkan tak pantas mereka
dendangkan. Mereka juga tak paham makna dari lirik-lirik tersebut. Apalagi saat
ini kebanyakan industri musik Indonesia sarat dengan lagu-lagu yang bertemakan
cinta terhadap lawan jenis. Apa yang akan terjadi akan anak-anak harapan bangsa
negeri ini?
Semua orang
pasti memiliki jawaban sendiri atas pertanyaan di atas. Tetapi inilah realita
negeri ini. Terlalu banyak musik-musik orang dewasa yang secara tak sadar ikut
dikonsumsi oleh anak-anak yang notabene belum sesuai dengan dunia mereka; dunia
bermain, dunia merekam akan apapun yang dilihat, didengar oleh indra mereka.
Lalu
permasalahannya, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah anak-anak di era ini
tak memiliki musik yang sepadan dengan
usia mereka?
Sebelum menjawab
pertanyaan tersebut, penulis mencoba untuk berbagi sedikit cerita tentang musik
anak-anak ketika penulis berada di masa kanak-kanak.
Mau
dengar?
Boleh…
Ok.
Kita mulai ya!
Ketika penulis
masih masa kanak-kanak di era 80an hingga 90an, Indonesia sangat kaya dengan
musik khusus untuk anak-anak. Beberapa lagu yang masih membekas di telinga
penulis hingga sekarang antara lain lagu berjudul Jangan Pipis Sembarang, Aku
seorang Kapiten, Kring-kring goes
goes. Lagu- lagu tersebut seingat
penulis booming di era 80an. Lagunya
ceria dan banyak nilai edukatif yang
disisipkan dalam lirik lagu tersebut. Dari judulnya saja sudah mengajarkan
nilai pendidikan, contohnya jangan pipis sembarang.
Lalu memasuki
era 90an, Indonesia juga memiliki penyanyi-penyanyi cilik yang sukses
membesarkan nama mereka lewat lagu-lagu yang mereka bawakan, seperti Eno
Lerian, Kak Ria Enes dan Susan, Tasya, Joshua, Saskia, Geofanny, Sherina Munaf,
Agnes Monica. Lagu-lagu mereka sukses besar. Tak hanya itu program pemutaran
video klip lagu khusus anak-anak yang berjudul Tralala-trilili di RCTI dengan hostnya Agnes Monica dan Kak Ferry
(Personel ME), Ci-Luk-Ba hostnya Maissy (kalau gak salah ya. Maafkan kalau salah :)maklum udah lama) menjadi
program yang sangat diminati anak-anak saat itu.
Anak-anak ada di
dunianya sendiri. Gaya mereka yang lucu dan gemes saat menirukan lagu-lagu
idola mereka juga sangat pas untuk usia mereka yang masih belia. Mereka juga
tanpa disadari belajar sambil bernyanyi, seperti lagunya Eno Lerian yang
berjudul Nyamuk-Nyamuk Nakal, salah satu liriknya berbunyi begini
…..
Banyak Nyamuk di rumahku
Gara-gara Kamu malas bersih-bersih
…..
Lirik di atas
secara tak langsung mengajarkan anak akan pentingnya kebersihan sedari dini.
Atau lagunya Kak
Ria Enes dan Susan yang berjudul Susan punya Cita-cita. Yang liriknya antara
lain berbunyi seperti ini
…..
Susan, susan, susan besok gede mau
jadi apa
Aku kepingin pinter
Biar jadi dokter
….
Secara tak sadar
lagunya Kak Ria dan Susan ini ingin menanamkan sejak dini pada anak-anak akan
cita-cita hidup mereka kelak.
Atau lagunya
Saski dan Geofanny yang berjudul menabung ciptaannya Titiek Puspa.
Bing
bing bang, yok kita ke bank
Bang bing
bung, yok kita nabung
Tang
Ting Tung, Hei jangan dihitung
Tahu-tahu
kita pasti dapat untung
……
Lagu ini
mengajak anak-anak untuk menabung. Artinya ada nilai pengajaran yang secara tak
langsung diajarkan pada anak, yaitu pentingnya berhemat sedari dini.
Bila dicermati
lirik-lirik beberapa lagu yang penulis tuliskan di atas cukup ampuh untuk
belajar sambil bernyanyi bagi anak-anak bukan? Anak-anak pasti senang.
Tingkahlaku mereka yang cukup membuat kita para orang dewasa geli memberikan bukti betapa polos dan lugunya
anak-anak. Apapun yang mereka dengar, secara tak langsung akan diimpletasikan
pada diri mereka. Pada awalnya melalui ucapan-ucapan yang mereka tiru saat
mendendangkan lagu tersebut. Nah..kita sebagai orang dewasa khususnya orang tua
dapat mulai menanamkan maknanya, perlahan namun pasti kita mengajak mereka
untuk bertindak, berbuat seperti yang diajarkan pada ketiga lagu di atas.
Sekarang
kita kembali pada pertanyaan di atas, “Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apakah
anak-anak di era ini tak memiliki musik yang sepadan dengan usia mereka?”
Jawabnya iya.
Tak ada lagi musik dan program-program televisi yang bertemakan klip lagu yang
khusus diperuntukan bagi anak-anak. Sepengetahuan penulis, industri musik
anak-anak saat ini telah redup. Makanya tak heran, bila anak-anak sekarang
lebih akrab dengan lagu-lagu orang dewasa yang nuansanya tak jauh-jauh dari yang
namanya cinta pada lawan jenis. Ironi memang bila dari banyaknya produksi musik
di Indonesia tak satupun lagu yang bertemakan anak-anak mencuat seperti pada
tahun 80-an hingga 90an.
Apa
yang terjadi? Apakah lagu anak-anak tak memberikan profit bagi industri musik Indonesia? Ataukah tak ada lagi
penyanyi-penyanyi berbakat seperti penyanyi cilik era 80an dan 90an? ataukah tak
ada lagi anak-anak yang bersedia membawakan lagu-lagu anak-anak, yang paling
sesuai dengan dunia mereka?
Bila penulis
lihat di televisi negeri ini, acara-acara penyaringan berbakat serupa AFI
Junior, Idola Cilik, masih sangat diminati. Ini dibuktikan oleh banyaknya
peserta audisi. Bahkan mereka datang tak hanya dari Jakarta melainkan dari
seluruh pelosok nusantara. Ini hal yang membanggakan bukan? Artinya negeri ini
masih kaya dengan talenta muda di bidang seni suara. Hanya saja kembali lagi
ada yang patut disayangkan. Meski acara
tersebut diperuntukan untuk mencari kandidat cilik berbakat di dunia tarik
suara, lagu-lagu yang adik-adik ini bawakan bukanlah lagu-lagu anak-anak.
Kebanyakan mereka membawakan lagu orang dewasa.
Tak
percaya?
Coba
diingat-ingat lagi Acara AFI junior, dan Idola Cilik!
Sudah?
Benarkan
idenya penulis?
Ok. Inilah
relita negeri ini. Bahkan anak-anak yang kelak menjadi generasi penerus bangsa
sedari dini secara tak langsung sudah disuguhi musik-musik dewasa yang
bertemakan asmara lawan jenis, patah hati, rasa dendam, dll. Sangat miris
bukan? Tapi itulah realitanya.
Jadi
siapakah yang patut disalahkan?
Menurut penulis
tak ada yang patut disalahkan realita yang ada memang musik anak-anak hampir tak
pernah ada lagi setelah era 80an dan 90an di zaman penulis ada di masa
kanak-kanak. Sekarang yang menjadi solusinya bagaimana orangtua menjadi filter
bagi anak-anak untuk memilah musik mana
yang layak dikonsumsi oleh anak-anak.
Ok. Baiknya kita
mulai dari lingkup terkecil dahulu. Mari Mulailah dari keluarga kita sendiri!
Terlepas dari
itu semua. Ini merupakan opini penulis. Seberapa akurat dan baik opini penulis,
semua tergantung dari cara pandang setiap orang. Tiap orang pasti punya
pendapat yang berbeda, dengan sisi pandang yang berbeda pula :)
Oya, untuk mengenang kembali kerinduan penulis pada masa
kanak-kanak sekaligus mengingatkan kita betapa ada nilai pendidikan yang
tersirat pada lagu anak-anak, penulis sengaja menyisipkan lagu Kak Ria Enes dan
Susan dengan judul Susan Punya Cita-cita. Yuk, kita dengar sama-sama!
Ok.
1…
2…
3…Mulai
jaman sekarang anak2 justru hafalnya lagu barat dan korea...:)
ReplyDeletesalam sukses gan, bagi2 motivasi .,
ReplyDeleteHargailah hari kemarin,mimpikanlah hari esok, tetapi hiduplah untuk hari ini.,
ditunggu kunjungan baliknya gan .,.