Monday, January 31, 2011

Makanan Bergizi itu Investasi

Experience is the best teacher. Pengalaman adalah guru yang paling baik. Berbekal pengalaman, kita memiliki petunjuk untuk lebih baik di kemudian hari.

Berbicara tentang pengalaman, saat ini saya ingin mengulas sedikit pengalaman pribadi saya tentang kesehatan. Ada motto yang acapkali menggema sejak saya duduk di bangku Sekolah Dasar dulu, yaitu Mens Sano In Corpore Sana. Artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.

Benar sekali, bila tubuh kita sehat, pikiran juga selalu optimis. Hasilnya jiwa kita menjadi tentram yang artinya jiwa ini juga sehat. Suatu motto yang sangat sempurna dan tepat.

Namun sayangnya motto yang begitu sempurna ini tak saya indahkan ketika masih berstatuskan pelajar. Walaupun demikian, dibalik kejadian yang tak mengenakkan itu, pada akhirnya saya lebih bisa menghargai dan mengaplikasikan motto ini pada diri saya. Dan, sebuah kata “pengalaman” akhirnya tersematkan di kepala ini.

Ceritanya berawal pada waktu masih SMA. Masa sibuk-sibuknya menimba ilmu membuat saya mengabaikan kesehatan tubuh ini, yang notabene merupakan asset penting dalam beraktivitas. Lucu memang, akan tetapi begitulah realitanya:).

Pergi pagi, pulang petang, namun “makan” tak terlalu diperhatikan. Saya hanya sibuk mengejar “nilai”. Ya, “nilai” yang memuaskan ketika lulus SMA nanti. Tak sedikitpun saya memberikan perhatian lebih pada tubuh ini. Jadwal sekolah dan kursus tambahan yang padat di kelas 3 SMA benar-benar telah membutakan saya, sekaligus menguras tenaga dan pikiran saya.

Aktivitas yang super padat ini terus berjalan normal. Semua berjalan baik, meski asupan makanan tak menjadi prioritas, hingga tubuh ini mulai meronta. Haknya untuk mendapat nutrisi yang sehat dan pola hidup yang seimbang telah saya abaikan. Ketidakseimbangan ini mulai menunjukkan sinyalnya. Dan jelasnya sinyal tersebut mulai terbaca, tepat pada beberapa bulan menjelang EBTANAS. Saya jatuh sakit. Hasil pemeriksaan dokter, saya terkena gejala thyfus. Sebuah penyakit yang baru pertama kali saya rasakan dan saya berharap tak akan pernah menghampiri diri ini lagi:).

Masih teringat jelas dalam ingatan saya, bagaimana ucapan dokter Edwar Oemar (sekarang telah almarhum), ahli penyakit dalam di kota Palembang, yang menangani saya pada waktu itu :

“Buat apa kamu dapat nilai bagus, kalau toh kamu harus meninggal setelah ujian?”

Ya.., ucapan beliau sangat menyentuh nurani ini dan benar-benar membukakan logika berpikir saya. Beliau memang benar. Untuk apa saya berusaha sekuat tenaga meraih nilai yang memuaskan ketika tamat nanti, sementara secara tak langsung saya telah mengorbankan kesehatan tubuh ini. Makanya, sejak kejadian itu, saya sangat memperhatikan pola makan yang saya konsumsi. Bagi saya, berinvestasi pada makanan yang nutritious, sama saja dengan mempersiapkan hidup yang lebih panjang. Meski, saya sadar bahwa masalah penyakit atau bahkan kematian adalah kehendak-Nya, tetapi sebagai manusia kita layak berupaya menjaga kesehatan tubuh ini.

Demikianlah pengalaman kecil dalam hidup saya yang sekaligus memberikan efek yang besar dalam diri ini. Pengalaman ini  saya tulis untuk diikutkan pada Kontes Aku Ingin Sehat. Ya, meski tulisannya sederhana namun saya berharap masih bermanfaat buat semua pembaca:)



READMORE - Makanan Bergizi itu Investasi

Thursday, January 27, 2011

Eceng Gondok

Siapa yang tak kenal eceng gondok?Gulma yang satu ini keberadaannya sangat mengganggu, karena dapat menyebabkan pendangkalan perairan. Selain itu, keberadaan eceng gondok juga mengurangi nilai estetika perairan dan dapat menghambat lalu lintas perairan. 



Kehadirannya yang tak diharapkan ternyata bertolakbelakang dengan perkembangbiakan vegetative yang dimilikinya, dimana satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu menghasilkan tanaman baru seluas 1 m2. Bayangkan, bagaimana cepatnya perkembangbiakan gulma satu ini!Maka, wajar bila keberadaannya sangat mengganggu.

Di lain pihak, meski keberadaannya dipandang sangat mengganggu, justru banyak membawa barokah bagi penduduk sekitar perairan tempat eceng gondok tumbuh secara liar ini. Berdasarkan survey penulis, banyak warga  yang perairannya ditumbuhi eceng gondok, mengais rezeki dengan mengumpulkan eceng gondok untuk dijual ke tempat-tempat usaha kerajinan yang berbahanbaku eceng gondok.

Ya, eceng gondok, si gulma pengganggu perairan ini belakangan banyak dilirik oleh orang-orang kreatif untuk diolah menjadi kerajinan seperti, tas, pigura bahkan furniture. Ternyata gulma yang sungguh mengganggu ini menjadi sumber rezeki beberapa kalangan, mulai dari pihak pengumpul sampai pengrajin eceng gondok.

Hal ini lumrah saja, mengingat ada orang kreatif yang mengubah gulma menjadi produk yang bernilai jual serupa kerajinan sehingga dapat dijadikan sebagai sumber rezeki. Hal yang biasa bukan?

Namun sungguh luar biasa (menurut pemikiran penulis khususnya) ketika mengetahui berita dari stasiun televisi bahwa di Cilincing, Jakarta Utara, ada warga miskin ibukota yang memanfaatkan eceng gondok sebagai lauk untuk makan. Tingginya harga sembako terpaksa membuat keluarga miskin ini mengolah eceng gondok menjadi sayur sebagai teman menyantap nasi putih. Kira-kira apa ya rasanya??

Inilah potret kehidupan (maaf) Negeri Para Bedebah. Ya, Negeri Para Bedebah, satu kalimat yang terangkum pada puisi yang sering penulis dengar di televisi beberapa waktu belakangan.

Akan tetapi, mau apa lagi?Pertanian yang merupakan basis dari negeri yang katanya AGRARIS ini sangat diabaikan. Walhasil, harga sembako meroket. Padahal, jika saja pertanian digalakkan pasti akan banyak pihak yang dimakmurkan, mulai dari petani, orang-orang yang berkecimpung di bidang pertanian pada umumnya sampai kehidupan rakyat secara menyeluruh di negeri ini. Kata “kemakmuran” pasti menjadi hasilnya. Namun, apa mau dikata, sepertinya menaikkan harga sembako dan import produk pangan yang mulai dirasa langka seakan menjadi pilihan bagi para elite negeri ini.

Sarjana Pertanian yang merupakan produk dari universitas bahkan tak banyak yang dapat mengaplikasikan ilmunya pada bidang yang serupa. Ironi memang, di saat banyaknya tenaga professional di bidang pertanian,  namun justru bidang tersebut tak menarik perhatian pemerintah untuk dikembangkan. Selalu “industry” yang menjadi pilihan dan selalu “rakyat” yang dikorbankan. Lalu, akan kemana rakyat miskin mengadu?


*Maaf, bila ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini
*Gambar diambil dari google


READMORE - Eceng Gondok

Monday, January 24, 2011

Musik

Banyak media  yang dapat digunakan untuk mengekspresikan apa yang ada di diri ini. Bagi orang-orang dengan spesifikasi tertentu, mereka dapat mengekspresikan diri melalui karya yang dapat berupa tulisan,gambar, ukiran,musik, pahatan dan beberapa bentuk ekspresi diri lainnya.

Lazimnya, ekspresi diri dalam bentuk karya seperti disebutkan di atas disebut dengan seni. Seni memiliki “nilai” tersendiri bagi penikmatnya. Di negeri ini, banyak orang yang memilih seni sebagai misi hidupnya. Ada panggilan hati tersendiri yang membuat mereka berekspresi melalui seni tersebut.

Dan berbicara mengenai ekspresi diri, yang salah satu di antaranya adalah musik, maka pada posting kali ini saya akan sedikit berbicara mengenai musik.


Ada kata seperti ini , music is my life. My life is music. Ya..bagi orang-orang yang suka sekali dengan musik. Musik itu adalah bagian dalam hidupnya. Tiada hari tanpa musik pokoknya.


Musik itu universal. Tiap individu rata-rata menyukai musik. Bahkan dari beberapa buku yang pernah saya baca bahwa banyak calon ibu yang melakukan terapi musik klasik dengan harapan anak yang dilahirkan kelak akan memiliki kecerdasan dan daya kreativitas yang baik.

Nah…, artinya sedari dini calon penghuni bumi telah diperkenalkan dengan musik, mengingat banyak sekali efek dan manfaat yang diperoleh dari mendengarkan musik. Dan, saya pribadi salah satu orang yang memiliki hobi mendengarkan musik. 

Dengan musik  hidup ini jadi lebih bernuansa. Dengan musik  suasana hari-hari lebih berwarna.

Oya? Sebegitu besarkah efek dari musik bagi pendengarnya?

Dalam pemikiran saya sih begitu..dengan musik,  hati yang terluka bisa sedikit terhibur. Dengan musik suasana yang hampa dan sepi jadi lebih berirama. Dan tak hanya itu, dengan musik pula suasana hati yang berbinar-binar bisa terhipnotis secara tiba-tiba menjadi sendu.

Hah??Masa sih?

Iya. Kan logikanya apa yang kita dengarkan secara tak langsung mempengaruhi diri kita. Musik itu melodinya bermacam-macam. Kalau musiknya melo, sendu, mengharu-biru maka otomatis pendengar musik jadi terbawa suasana ‘kemeloan’ lantunan  musik yang didengar tersebut. Makanya, mendadak bisa jadi ikut-ikutan melo jadinya. (sssstt, tapi keputusan untuk ikut terbawa suasana atau tidak sepenuhnya ada pada pilihan pendengar ya, ini hanya logika saya saja )

Wah..jadi seperti aura yangmenular ya?

Ya, lebih kurang begitu, hehe..

Namun, musik juga ada misinya loh. Beberapa penyanyi ternama seperti Mas Ebiet.G.Ade, Mas Opick, Mas Iwan Fals dan penyanyi kondang lainya sukses dengan lirik-lirik lagunya yang penuh dengan pesan tersirat.

O..jadi bermusik juga bisa mengajak  orang pada kebaikan ya, layaknya tugas mulia yang dilakukan oleh para pendakwah pada umumnya?

Bisa jadi begitu. Hanya saja cara “mengajaknya” itu sedikit berbeda, tak melulu seperti ceramah:)

Mengingat musik itu sangat variatif, tiap orang pasti memiliki selera tersendiri. Benar ato bener??(lohh...:))

Hayo, sekarang apa masih ada yang tak suka sama musik?hehe..

*gambar diambil dari google

READMORE - Musik

Thursday, January 20, 2011

Lakukan Semua dengan Cinta

Dalam benakku, cinta adalah kasih sayang, suatu perasaan yang lembut, tulus dan datangnya secara tiba-tiba. Cinta adalah anugerah terindah dari Sang Pencipta kepada insan ciptaan-Nya.

Tunggu.., tunggu dulu! Cinta adalah anugerah terindah dari Sang Pencipta kepada insan ciptaan-Nya. 

Nah loh, kalau Sang Pencipta saja telah menganugerahi insan ciptaan-Nya dengan rasa cinta, sekarang pertanyaannya adalah kok manusia susah sekali untuk berbagi cinta kepada sesamanya?Ya..silahkan renungkan sendiri jawabannya!saya yakin semua orang punya ide yang berbeda untuk kasus ini:)

Ok, kembali ke cinta ya! Cinta itu indah, cinta itu suci. Karena cinta maka lahirlah individu-individu baru penerus suatu nasab. Karena cinta timbullah rasa saling perduli kepada sesama, dan..karena cinta pula kita semua dapat hidup di dunia yang fana ini.

Seandainya tak ada cinta?

Bumi ini akan gersang, tak akan ada lagi tetesan air hujan yang membuat seisi penghuninya menjadi merekah. Manusia tak akan ada yang saling mengasihi. Tak akan ada lagi dua individu berbeda gender yang mau berkomitmen untuk hidup bersama, membentuk suatu keluarga mungil.

Seandainya tak ada cinta?

Manusia hidup bagaikan robot, yang remote controlnya adalah hawa nafsu syaetan. Hawa nafu syaetan itu sangat menyesatkan.

Indahnya cinta!

Seperti lirik lagu yang dinyanyikan oleh salah satu pemenang Indonesian Idol, Joy Tobing, yang berjudul Karena Cinta, yang salah satu liriknya berbunyi seperti ini :
                                Dan bila, aku berdiri
                                Tegak sampai hari ini
                                Bukan karena kuat dan hebatku
                                Semua karena cinta…semua karena cinta
                                Tak mampu diriku dapat  berdiri tegak
                                Terimakasih cinta…

Wow..indah sekali ya lirik di atas, semua karena cinta.

Begitu dahsyatnya “pengaruh cinta” ini. Ilustrasi sederhananya bila kita memiliki kecintaan akan sesuatu maka dengan sepenuh hati kita akan melakoninya. Tak akan paksaan dari luar, semua dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati. Motivasinya dari dalam diri (internal). Atau contoh sederhana yang saat ini saya lakukan, hobi yang baru beberapa waktu belakangan bisa tersalurkan melalui media blog, menumpahkan apa yang ada di hati dan pikiran saya menjadi tulisan yang bisa dibaca semua orang.

Dengan senang hati, saya mencurahkan apapun ide yang berterbangan di kepala ini. Bagi saya sangat membahagiakan bila ide yang masih “remang-remang” ini segera dilahirkan. Ada kepuasan sendiri rasanya, dan..hanya saya yang bisa merasakannya (pastinya ya:D). Plong!! Ibarat uneg-uneg yang ingin ingin segera dimuntahkan. Ya, karena yang dapat merasakan perasaan itu hanya saya, makanya saya ilustrasikan kepada sobat semua seperti goresan kalimat-kalimat tersebut. (hehe..kok jadi puitis ya?)

Saya yakin semua ide itu bukan sepenuhnya milik saya, Sang Penciptalah yang telah menitipkannya di otak saya. Jadi tak perlu berbangga hati, semua hanya titipan.

Wah..ternyata melakukan sesuatu dengan cinta itu sungguh mengasyikan. Tak akan ada rasa bosan, tak ada rasa malas, tak ada rasa ‘keterpaksaan’ semua murni karena kemauan sendiri.

Dilatarbelakangi oleh rasa cinta, otomatis alam seakan mendukung. Selalu saja ada ‘materi‘ yang ingin segera dimuntahkan. Sungguh semua karena kebesaran-Nya! Seperti reporter TV atau presenter acara yang sifatnya universal, artinya untuk publikasi, selalu saja ada kejadian yang harus diliput, selalu saja ada “berita hangat” yang harus segera dibagi kepada masyarakat. Makanya “lapangan pekerjaan” di bidang itu tak akan pernah kering. Akan selalu ada stasiun televisi yang mencari wajah-wajah baru yang kompeten.

Begitulah bila kita melakukan sesuatu dengan cinta. Never stop action. Tak akan berhenti berbuat. Jadi menyenangkan sekali bukan, melakukan sesuatu dengan cinta? Ok, mari melakukan apapun dalam hidup ini dengan cinta!Peace ^^

READMORE - Lakukan Semua dengan Cinta

Monday, January 17, 2011

Belajar, belajar dan belajar

Apa yang kita tulis mencerminkan diri kita. Ketika kita membuat suatu tulisan, secara tak langsung kita menebar apa yang kita rasakan, seperti aura yang menular. Kedekatan emosional antara penulis dan pembaca tanpa disadari akan terbaca. Membangun blog berarti kita membuka peluang untuk berinteraksi dengan pihak luar, dalam hal ini pihak pembaca. Secara tak langsung kita sebagai pemilik blog membangun brand akan diri kita, seperti yang pernah saya jelaskan pada tulisan internet sehat bikin hebat.

Logika manusia yang sehat, akan lebih baik bila penulis tak hanya mempatenkan karyanya melalui tulisan yang ia tebar melalui blog, tetapi ia  juga harus menjadi aktor akan tulisan yang ia buat. Jadi, tak hanya sekadar menulis namun harus dan wajib mengaplikasikannya dalam dirinya sendiri. Bukankah ini suatu tindakan yang sangat balance dan bijaksana?

Sebagai pemilik blog, saya pun demikian. Malu rasanya, kalau saya bisa menulis tulisan yang bermuara pada kebaikan, tetapi saya sendiri tak dapat menerapkannya pada keseharian saya. Di waktu senggang, saya berusaha untuk sekedar mereview tulisan-tulisan yang telah lalu. Berulang-ulang membacanya, sehingga perlahan-lahan  bisa lebih memperbaiki diri:)

Ibarat tanaman yang harus disiram tiap hari agar subur, begitupun diri ini. Jiwa ini harus selalu diinput dengan hal-hal yang positip, diisi dengan pemikiran-pemikiran yang mencerahkan. Salah satunya melalui tulisan yang saya buat sendiri. Dengan harapan saya bisa memanusiakan diri ini.

Meski demikian, saya sangat menyadari bahwa sebagai manusia yang sangat lemah dan penuh dengan kekurangan, sungguh tak mudah untuk menjaga hati ini agar benar-benar bersih, seperti sebuah tulisan aku dan hatiku yang pernah saya posting beberapa waktu yang lalu. No body perfect!Dan lagi, terkadang atau bahkan seringkali  memang mengoreksi diri sendiri itu jauh lebih sulit. Diri manusia itu kan memang selalu berada pada persimpangan dua sisi, kebaikan dan keburukan. Syaitan tak akan pernah berhenti menggoda manusia hingga hari akhir nanti. Dan semua pilihan sepenuhnya ada pada diri kita sebagai pemegang otoritas atas jasad yang hidup ini.

Makanya selain menginput, membentengi diri ini dengan hal-hal yang bermuara pada kebaikan,sebagai makhluk sosial diri ini juga membutuhkan orang lain untuk berbagi. Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk selalu mengingatkan pada kebaikan. Maklum, manusia tak akan pernah lepas dari kekhilafan. Dan ketika kita dihadapkan pada kondisi yang tak menguntungkan, sulit untuk berpikir jernih. Kita membutuhkan orang lain sebagai pengingat agar diri kita tak terlalu jauh menyimpang, sama halnya ketika tulisan saya dicaplok, respon yang beragam dari pembaca blog ini seakan mengingatkan diri ini agar bisa lebih memperbaiki hati dan perasaan yang sangat tak baik saat itu.

Dan entah,memang kebetulan atau bukan, tulisan yang dipindahrumahkan itu berjudul, ikhlas:salah satu kunci menjalani hidup ini. Ya.., diri ini seharusnya sadar bahwa semua telah terjadi, saya harus ikhlas. Saya kan yang nulis tulisan “ikhlas” tersebut, ya..saya harus ikhlas. Kan secara tak langsung apa yang kita tulis itu mencerminkan diri kita, jangan hanya bisa nulis:) Tapi ya.. itu, seperti yang pernah saya posting sebelumnya menjaga hati dan mengoreksi diri sendiri itu memang tak gampang. Butuh kearifan yang luar biasa:)

Semua telah terjadi, tulisan saya telah dicaplok, seperti katanya orang jawa, ya harus bisa “nerimo”. Dan lagi, sebenarnya tujuan hidup adalah untuk berbagi. Seharusnya saya lebih bijak menyikapi ini, jangan hanya ingin “meng-akukan” diri ini. Karya saya itu bukan sepenuhnya milik saya, semua kalimat yang terangkai di dalamnya, lahir dengan izin-Nya. Tambahan lagi, apapun yang terjadi pada diri ini sesungguhnya adalah kehendak Sang Maha Kuasa. Tak ada satupun yang menimpa diri ini melainkan telah dikehendakinya:). Seperti yang dijelaskan dalam Alquran, Qs.Al-baqarah[2]:214 :

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimaan halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya; ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Bukankah hidup ini adalah ujian?Kesenangan dan kesedihan adalah ujian dari-Nya. Sebagai manusia saya harus bisa lebih belajar memaknai "semua dari-Nya dan akan kembali pada-Nya". Belajar, belajar, belajar dan belajar. Tak ada habisnya untuk belajar selama nafas tetap berhembus. Banyak sisi dari kehidupan diri ini yang bisa dijadikan untuk belajar. Belajar untuk berespon positip, bahkan ketika diri ini dihadapkan pada kondisi yang tak mengenakkan, belajar untuk lebih sabar, belajar untuk lebih ikhlas, belajar untuk memaafkan kesalahan orang lain, belajar untuk memahami ketidaktahuan seseorang, memahami kekeliruan seseorang, karena bisa jadi “si pelaku” tak tahu bahwa tindakan yang dirinya anggap enteng tersebut, dapat membuahkan efek yang “wah” buat orang lain, khususnya buat orang yang bersinggungan langsung atas tindakan yang telah si pelaku” lakukan.

Hidup ini pada dasarnya juga proses belajar tanpa akhir. Belajar dan selalu belajar.

Ahh…ternyata banyak pesan yang dapat dipetik ya dari kejadian tulisan saya yang dicaplok beberapa waktu yang lalu. Selalu ada hikmah, seperti postingan saya yang telah lalu; hikmah salah satu kejadian dalam hidupku.

La Tahzan, sebuah kata yang baru saya tahu artinya melalui sahabat maya saya, riksa. Jangan bersedih!!

It’s O.K. Semua telah berlalu. Ikhlas, belajar dan belajar lagi menjalani hidup ini. Pokoknya jangan bersedih, La Tahzan:). 

Setuju?? 
READMORE - Belajar, belajar dan belajar

Friday, January 14, 2011

Tulisan saya dicaplok


Kenapa ya orang itu gak mau sekali menyelami perasaan orang lain, padahal setiap manusia itu harusnya selalu saling menghargai. Coba posisikan bila diri Anda yang diperlakukan seenaknya, pasti Anda gak akan terima, bukan?
Huh… Maaf, bila ada yang kurang berkenan dengan tulisan ini . Tapi, jujur saya kaget sekali dengan sebuah nama di chatbox saya, yaitu : dengan memakai nama Guest. Pada chatbox saya, dia meninggalkan pesan :

kunjungan awal...tolong di follow yah..

Pesan itu tercatat tertulis pada 2011-01-12 4:40 PM

Sebenarnya ketika saya log in ke blog saya, saya ingin langsung ke blog tersebut, tapi entah kenapa, ketika link “guest” diklik, malah yang keluar tulisan “problem loading page”. Saya mengulanginya sebanyak tiga kali, namun hasilnya tetap sama, makanya saya tak jadi mengunjungi link tersebut.

Barulah pada hari ini, saya bisa ngeklik link dengan nama “guest” ini. Dan..begitu halaman yang dituju, alangkah kagetnya saya. Ternyata posting saya yang berjudul: Ikhlas: Salah Satu Kunci Menjalani Hidup, telah diposting oleh si pemilik blog dengan link "guest" ini, yaitu http://jambanisme.blogspot.com/2011/01/. Dengan url tulisan saya yang dicaplok oleh si pemilik blog : http://jambanisme.blogspot.com/2011/01/ikhlas-salah-satu-kunci-menjalani-hidup.html.


Alangkah menyedihkannya, melihat kejadian ini. Saya, memposting semua tulisan di blog saya ini melalui hasil pemikiran yang tak gampang. Saya menulisnya penuh dengan proses, tanpa mencaplok karya orang lain. Bagi saya, meski tulisan saya tak seindah penulis sekelas Kang Abik, atau penulis-penulis lainnya yang telah memiliki nama besar, namun saya sangat bahagia, karena tulisan saya hasil karya sendiri.


Jadi, tolong buat pemilik blog http://jambanisme.blogspot.com/2011/01/, hargai itu! Kalau Anda ingin mengambil tulisan saya, saya memang menyediakan fasilitas link pada blog saya, tapi jangan seenaknya mencantumkan karya saya tanpa menuliskan sumbernya. Itu kan karya saya. Saya membuat semua tulisan ini, dengan proses. Tolong hargai itu!


Saya harap Anda, mengerti. Saya harap Anda tahu bahwa saya sama sekali tak mengijinkan Anda mencaplok karya saya, makanya saya member komentar atas ketidaksukaan saya dengan tindakan Anda, tepat pada postingan yang Anda caplok dari blog saya; ikhlas salah satu kunci menjalani  hidup.


Sekedar untuk Anda renungi; bayangkan, penulis sekelas Kang abik saja, sangat menyayangkan bila karyanya ditiru oleh penulis lain. Apalagi saya, yang karya saya bukan ditiru, tapi full benar-benar diambil oleh Anda.


Satu hal yang perlu Anda ketahui, saya, witri apriliani ini bukan tipe orang yang ingin mencari permusuhan. Saya bukan tipe orang yang mau ribut. Tapi, kalau begini cara Anda, jangankan orang yang pemarah, orang yang berhati lembut pun akan terpancing emosinya. Harap dimaklumi, saya manusia.


Saya mohon sekali pada Anda, agar mencantumkan nama saya dan link menuju blog saya, selaku penulis karya yang berjudul Ikhlas; salah satu kunci menjalani hidup. Ingat! Karya itu ada patennya juga.


Saya minta maaf, kalau Anda keberatan dengan uneg-uneg di hati saya yang saya publikasikan melalui postingan ini. Saya harap Anda bisa segera memperbaiki kekeliruan ini. Saya sangat hargai itu. Semoga Allah memaafkan kekeliruan saya, ucapan saya yang dirasa kurang berkenan, amin.. 


Sekali lagi, saya mohon, hargailah karya orang lain, jangan seenaknya mengambil buah pikiran orang lain, dengan mencantumkan nama Anda sebagai penulisnya. Akan lebih baik, bila Anda mencantumkan nama penulisnya. Saya sangat menghimbau ini, tak hanya karena karya yang Anda ambil itu milik saya, tetapi karya siapapun yang ingin Anda tampilkan di blog Anda, tolong cantumkanlah nama penulisnya, buatlah link menuju sumber tulisannya tersebut sebagai referensi. Saya yakin, setiap pemilik blog akan merespon positip bila Anda melakukan hal yang bijaksana seperti ini, termasuk saya:) 

Jika Anda berkunjung ke blog saya dan membaca postingan ini, saya sangat berharap Anda mengerti. Terima kasih.



READMORE - Tulisan saya dicaplok

Thursday, January 13, 2011

Nurani Berbicara

Ketika nurani berbicara, rasanya tak ada yang pantas mengabaikan. Jika nurani kita masih mendendangkan suara-suara baik, itu artinya hati kita masih hidup. Artinya, nurani kita sebagai manusia masih peka. Peka akan hal-hal yang baik. Bukankah fitrah manusia itu selalu berada pada koridor yang baik. Tapi…mengapa ya terkadang banyak orang yang mengabaikan nuraninya? Bahkan sedikitpun tak mengindahkannya. Terlalu merendahkah mengikuti nurani yang berbicara ini?Bukankah nurani itu suara Tuhan.

Menyadari sepenuhnya bahwa di negeri ini banyak sekali penyimpangan. Siapakah yang pantas disalahkan dengan keadaan ini?Apa yang salah, padahal semua penduduk di negeri tercinta ini beragama.

Bila dilihat pada setiap kartu penduduk, tepat pada baris agama, semuanya pasti terisi. 

Lalu, mengapa carut marut tak kunjung usai?Logikanya, orang yang beragama, pasti tahu dan sangat paham mana hal yang baik dan pantas dilakukan dan sebaliknya pasti dengan cedas sadar mana aktivitas yang merugikan. Tapi,…sepertinya keadaan  Indonesia tercinta bertambah kelam.

Apa yang patut dipersalahkan? agamanya?
Yang namanya agama itu sebagai petunjuk bagi setiap pemeluknya dalam meniti kehidupan

Atau.., pemeluknya?yang belum sepenuhnya menyadari hakikat beragama?
Ahhh…aku tak terlalu pantas buat menjawabnya. Tiap individu punya opini sendiri:)

Mmm...berbicara nurani yang berbicara, aku sangat terhenyuh mendengar  lagu miliknya Ebiet.G.Ade yang berjudul Untuk Kita renungkan. Semua liriknya memang patut untuk direnungkan secara seksama. Begitu mengharu biru, ditambah lagi semua lagu-lagunya Mas Ebiet.G.Ade itu memang full message, yang tersirat melalui setiap untaian liriknya.Tak hanya itu, lagu-lagunya Mas Ebiet.G.Ade itu, musiknya melo sekali. Kalau mendengarkannya penuh dengan nurani, pasti airmata perlahan mulai runtuh. Sangat mengena lirik-liriknya.

Dan, ini aku lampirkan lirik lagunya. Selamat merenungkan!


                            Untuk Kita Renungkan                                 by Ebiet.G.Ade

                Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
                Suci lahir dan di dalam batin
                Tengoklah ke dalam sebelum bicara
                Singkirkan debu yang masih melekat

                Singkirkan debu yang masih melekat
                Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya
                Kita mesti tabah menjalani
                Hanya cambuk kecil agar kita sadar
                Adalah DIA di atas segalanya
               
                Adalah DIA di atas segalanya
                Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
                Lahar dan badai menyapu bersih
                Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
                Bahwa kita mesti banyak berbenah

                Memang, bila kita kaji lebih jauh
                Dalam kekalutan, masih banyak tangan yang tega berbuat nista
                Tuhan pasti telah memperhitungkan
                Amal dan dosa yang kita perbuat

                Kemanakah lagi kita kan sembunyi
                Hanya kepada-Nya kita kembali
                Tak ada yang bakal bisa menjawab
                Mari hanya tunduk sujud pada-Nya

Bagaimana?menyentuh bukan?kan nurani berbicara..^^
READMORE - Nurani Berbicara

Monday, January 10, 2011

Aura yang menular

Haiiiii….kangennnnnnnnnnnn”

“eh, pa kabar?

Kalau diperhatikan apa yang beda dari  kedua kalimat di atas?

Penulisannya?atau ekspresinya?atau…?

Kalau menurutku, kedua kalimat itu benar-benar berbeda. Mengapa?

Kalau kalimat yang pertama, kesannya ekspresif sekali, sepertinya terlihat telah lama tak bertemu. Jadi kesannya “heboh”. Kalau kalimat kedua itu datar pengucapannya, tak ada ekspresi yang “wah”, keadaannya biasa-biasa saja.

Ya, ternyata gaya penulisan itu menimbulkan penafsiran yang berbeda ya.  Semua tergantung dari setiap pembaca yang meresponnya.

Kalau lagi blogwalking, aku menemukan berbagai macam posting dengan tema dan gaya penulisan yang berbeda-beda. Ada yang informative, ada yang inspiratif  tapi yang pasti semua bermanfaat buat pembacanya. Sekilas gaya penulisan ini tak hanya menggambarkan karakter si penulis, tapi juga mempengaruhi setiap pembacanya.

Kalau tulisannya, tentang  keadaan  yang cukup menyayat hati, otomatis pembaca juga seakan larut dengan suasana tulisan yang sendu itu. Di lain pihak, jika tulisannya bernada ceria, ramai, heboh, pembaca juga ikut merasakan aura bahagia dari si penulis loh, dari untaian kalimat yang tertulis.

Bisa diterima analisisku ini?

Bisa jadi iya, …:)

Hanya melalui media tulis saja pembaca bisa merasakan aura dari si penulis, apalagi jika silaturahmi secara nyata. Kalau pas ketemu sama orang yang sedang bahagia sekali, muka yang full senyum, sumringah sekali. Secara tak sadar kita merespon keadaan ini dengan tindakan yang positip pula, kita senyum kembali. Rasanya ada rasa bahagia, senang sekali. Setuju??

Di lain pihak, bila sahabat kita lagi sendu. Kita yang tadinya biasa saja, bisa-bisa ikutan terbawa dengan suasana sedih ini. Mencoba menghibur?bisa juga, atau mungkin kita memang tipe orang yang cepat perasa begitu. 

Berbicara masalah “aura yang menular ini”. Aku jadi teringat dengan kalimat yang tertulis dalam buku Satu lagi alasan untuk tersenyum,miliknya Zig ziglar, berikut:


Pernahkah Anda menonton bioskop dan tertawa?Pernahkah Anda menonton bioskop dan menangis?Apakah Anda benar-benar berpikir bahwa mereka menempatkan sesuatu di tempat duduknya yang menyebabkan Anda tertawa atau menangis?Pasti Anda paham kan. Yang Anda lihat di layarlah yang membuat Anda bereaksi dengan tawa atau airmata.


Berhati-hatilah dalam apa yang Anda masukan ke dalam pikiran Anda, karena hal itu akan mempengaruhi tindakan Anda- yang akan mempengaruhi masa depan Anda. 

Tepat sekali ya, ucapan tertulis milik Zig ziglar ini. Bagaimana?sependapat dengan pemikirannya om Zig?

*Gambar diambil dari google
READMORE - Aura yang menular